PENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MATERI JURNAL
PENYESUAIAN PADA SISWA KELAS XI
IPS 3 SMA
NEGERI 3 BUKITTINGGI DENGAN METODE
BERMAIN PERAN (ROLE
PLAYING).
Riry Mardiyan
Staf
Pengajar di SMA 3
Abstract
The study
was backed by the fact that most of the students learning difficulties the
journal material Accounting adjustments. The difficulties are caused due to the
lack of activeness of students in the learning process and its dominating role
of the teacher in the learning process. Observations at this stage of pre cycle
shows liveliness students more on criteria are as many as 12 people or 38% and
low criteria as much as 10 people or 31%. Stages of research consists of the
cycle I and cycle II, who preceded pre-qualifying cycle to determine
deficiencies in accounting study material journal adjustments. Results in
cycles I and II, the level of very high criteria may be increased, I cycle as
much as 13 people or 41%, cycle II as many as 19 people, or 59% and no more
students on low criteria. While the average student learning results ketuntasan
on cycle I of 58,16% with students who finished 14 people and not completely 18
people. The success of an increase in cycle II student learning outcomes of
74,94% with students who complete 25 people and not finished 7 persons who
completed with remedial programs. At the end of the research results obtained
liveliness and student learning outcomes in learning accounting adjustment
journal material increases with the method of playing the role (role playing).
Kata
kunci: Keaktifan, hasil belajar,
metode bermain peran (role playing)
PENDAHULUAN
Tercapainya kompetensi siswa dalam proses belajar
mengajar merupakan tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan ini bisa
dilihat dari dua indikator yaitu keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
dan hasil belajar yang didapat siswa pada akhir pembelajaran. Indikator
keaktifan di antaranya siswa antusias dalam pembelajaran, menjawab pertanyaan
yang diajukan guru, mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan membuat hasil
pekerjaannya di depan kelas. Sementara itu, hasil belajar siswa didapat dari
tugas dan nilai ulangan hariannya.
Di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Bukittinggi terdapat
permasalahan pada pembelajaran Akuntansi materi jurnal penyesuaian.
Permasalahan pertama berkaitan dengan indikator keaktifan yaitu pada saat
mengerjakan tugas yang diberikan guru, siswa masih menyalin hasil pekerjaan
dari teman mereka yang lebih pintar, sehingga ketika guru mengajukan pertanyaan,
mereka tidak mampu menjawab dan membuat hasil pekerjaannya di depan kelas.
Sementara itu, permasalahan kedua berkaitan dengan hasil belajar siswa yang
terlihat dari hasil pekerjaan tugas siswa yang belum maksimal.
152 PAKAR
PENDIDIKAN. VOL. 10 NO. 2 JULI 2012 (151-162)
Permasalahan tersebut mengakibatkan kompetensi
siswa dalam pembelajaran Akuntansi materi jurnal penyesuaian tidak tercapai.
Dari pengamatan secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya
permasalahan tersebut yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari
dalam diri siswa yaitu adanya persepsi siswa bahwa materi jurnal penyesuaian
terlalu sulit untuk dipahami, sehingga dalam pikiran mereka materi tersebut
tidak akan dapat dikuasai. Sementara faktor eksternal berasal dari luar diri
siswa yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru tidak mampu merefleksikan
suasana pembelajaran menyenangkan bagi siswa, sehingga proses pembelajaran
berlangsung monoton dan membosankan.
Dampak dari kondisi tersebut adalah kurangnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga guru lebih dominan. Tingkat
keaktifan siswa lebih banyak pada kriteria sedang sebanyak 12 orang atau 38%
dan kriteria rendah sebanyak 10 orang atau 31%. Kondisi ini membuat siswa tidak
mampu memahami konsep jurnal penyesuaian dengan baik dan mengerjakan tugas
sendiri, yang akhirnya berdampak pada tidak maksimalnya hasil belajar
mereka.Untuk mengatasi kondisi tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran
yang dapat membuat siswa senang dan tidak bosan dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa terlibat secara aktif dan dominan dalam proses pembelajaran
dan mampu memahami materi jurnal penyesuaian dengan baik. Salah satu
metode pembelajaran yang diduga cocok untuk mengatasi kondisi tersebut adalah
metode bermain peran (role playing).
Karena permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan
melibatkannya secara luas.
Pada metode bermain peran (role playing), siswa
dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa akan memerankan suatu situasi yang berkaitan dengan materi
yang dipelajari dan mereka akan berusaha mengatasi setiap kasus yang terjadi
dari peran yang dimainkan, sehingga siswa bisa menemukan sendiri konsep dari
materi yang mereka pelajari. Jadi, dengan metode ini siswa diharapkan mampu
memahami konsep jurnal penyesuaian sesuai persepsi yang mereka temukan sendiri.
Belajar secara aktif berarti keterlibatan siswa
dalam aktivitas pembelajaran sangat dominan. Keaktifan siswa selama proses
belajar tergantung pada interaksi siswa dengan lingkungannya. Sebagaimana
dikemukan T. Raka Joni dalam
Sudjana (2008:25), “Peristiwa belajar terjadi apabila subjek didik
secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang di atur oleh guru”. Jadi
belajar adalah upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh
pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan belajar.
Keaktifan siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah
Peningkatan
Keaktifan dan Hasil….(Riry Mardiyan) 153
keaktifan yang berhubungan dengan antusias mengikuti pembelajaran,
pemanfaatan guru, proses pemahaman materi dan penyelesaian tugas secara
individu atau kelompok.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki
siswa dari proses belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh hasil belajar siswa dari kedua
faktor tersebut, faktor internal yaitu sikap belajar siswa yang difokuskan pada
keaktifan siswa dalam aktivitas belajar dan faktor eksternal dari metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Metode bermain peran adalah cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu
orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Metode bermain peran
(role playing) lebih mengutamakan kepada pengalaman yang akan didapat siswa
setelah proses belajar selesai. Sebagaimana pendapat
Sudjana (2001:134), “Dengan bermain peran ini diharapkan para peserta
didik memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain”. Pada metode
ini siswa berperan sebagai pihak lain yang ada dunia nyata
sehingga mereka mendapatkan pengalaman dari perannya.
Metode bermain peran (role playing) dipilih dalam penelitian ini karena dalam metode ini
siswa menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat
langsung dalam peran yang dimainkannya dan mengembangkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Keterlibatan siswa secara langsung tersebut
diharapakan dapat menjandikan siswa lebih aktif dalam aktivitas belajarnya dan
hasil belajar siswa dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Dengan
mengunakan metode ini juga diharapkan tujuan akhir pembelajaran yang telah
ditetapkan guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat tercapai.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran
akuntansi materi jurnal penyesuaian di semester II tahun pelajaran 2011-2012.
Alasan pemilihan waktu penelitian tersebut karena pada semester II diajarkan
materi jurnal penyesuaian yang merupakan materi paling sulit dipahami siswa
dibanding dengan materi lainnya dan waktu yang tersedia cukup banyak. Jadi
peneliti beranggapan, dengan mengadakan penelitian pada waktu dan materi
tersebut dapat membantu siswa dalam memahami materi lebih baik.
154 PAKAR
PENDIDIKAN. VOL. 10 NO. 2 JULI 2012 (151-162)
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3
Bukittinggi Kelas XI IPS 3. Pada umumnya siswanya memiliki kemampuan akademik
relatif sedang. Minat belajar terhadap kegiatan pembelajaran cukup baik. Jumlah
siswa dalam kelas 32 orang, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 25 siswa
perempuan. Pemilihan tempat pada kelas XI IPS 3 dan siswanya sebagai subjek
penelitian ini dipandang tepat karena karakteristik siswanya dapat mewakili
dari apa yang akan diteliti dari penelitian tindakan kelas ini.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan
dilaksanakan dalam 2 tahapan siklus yaitu Siklus I dan II, namun sebelumnya
didahului dengan tahapan pra siklus untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
proses pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian. Sementara siklus II
direncanakan jika kekurangan dalam siklus I belum teratasi. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam Penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Observasi
atau pengamatan terhadap keaktifan dan pelaksanaan metode bermain peran (role playing),
2) Tes untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa setelah mempelajari materi jurnal penyesuaian dengan menggunakan metode
bermain peran (role playing), 3)
Dokumentasi yang diperoleh dari hasil pengerjaan lembar kerja siswa, lembar
observasi, catatan lapangan, hasil analisis tes jurnal penyesuaian, video dan
foto selama proses pembelajaran.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian
yaitu: 1) peneliti sendiri yang melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan,
mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan data, dan pada akhirnya
melaporkan hasil penelitian; 2) lembar observasi yaitu observasi pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) dan lembar observasi keaktifan siswa; 3) Tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa memahami materi jurnal penyesuaian,
yang dilakukan pada akhir pembelajaran; 4) Dokumentasi berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran, skenario pembelajaran, lembar kerja siswa, skenario
bermain peran, soal tes jurnal penyesuaian, analisis tes jurnal penyesuaian,
video, dan foto-foto selama proses pembelajaran; 5) catatan lapangan untuk
mencatat hal-hal yang terjadi di luar cakupan yang ada dalam lembar observasi,
tapi berkaitan dengan yang diteliti.
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi
data yaitu pemilihan data, penyederhanaan data, serta transformasi data kasar
dari hasil catatan lapangan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri
data kualitatif dan data kuantitaif. Kedua data tersebut dianalisis secara
berbeda. Data kualitatif didasarkan pada lembar pengamatan selama proses
penelitian berlangsung berupa keaktifan siswa dalam aktivitas belajar.
Sementara itu data kuantitatif diperoleh dari
Peningkatan
Keaktifan dan Hasil….(Riry Mardiyan) 155
hasil tes yang dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
sederhana.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah
keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi pada materi jurnal penyesuaian
meningkat dan mendapatkan ketuntasan hasil belajar sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Indikator keberhasilan hasil
belajar siswa yaitu jika rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa ≥ 67,00%.
Sementara untuk keaktifan belajar siswa tidak ada lagi tingkat keaktifan siswa
yang berada pada kriteria rendah. Jika kedua kondisi tersebut tercapai, maka
dapat dikatakan tujuan penelitian ini telah tercapai dan penelitian telah bisa
dihentikan. Adapun Hipotesis Tindakan dari penelitian ini adalah”Keaktifan dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian pada
siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Bukittinggi dapat meningkat dengan metode
bermain peran (role playing)”.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari
tanggal 27 Januari 2012 sampai dengan 12 Maret 2012 di SMA Negeri 3 Bukittinggi
Kelas XI IPS 3. Penelitian ini dilakukan terhadap keaktifan dan hasil belajar
siswa pada proses pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian. Penelitian
ini dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahap pra siklus, siklus I, dan siklus
II. Tahap Pra siklus
merupakan tahapan untuk mengidentifikasi kekurangan pada proses
pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian yang berkaitan dengan
keaktifan siswa. Setelah penelitian pada tahap pra siklus selesai, maka
diperoleh hasil temuan kekurangan dalam proses pembelajaran.
Dari hasil temuan yang diperoleh pada tahap pra
siklus tersebut, baru diambil tindakan untuk memperbaiki yang dilakukan dalam
tahap siklus I. Hasil temuan pada siklus I dievaluasi dan diperoleh hasil bahwa
kekurangan tersebut belum teratasi dan mencapai indikator keberhasilan. Untuk
memperbaiki kekurangan yang masih terjadi pada tahap I diambil tindakan yang
dilakukan dalam siklus II. Setelah dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II
diperoleh hasil bahwa kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diatasi
dan indikator keberhasilan tercapai dan penelitian ini dapat dihentikan pada
siklus II.Hasil temuan penelitian dari tahap pra siklus, sikus I, dan siklus II
akan diuraikan sebagai berikut:
Pra Siklus
Tujuan penelitian pra siklus adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam
pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian. Instrumen penelitian pada
tahap pra siklus adalah lembaran pengamatan (observasi) yang berisikan indikator
untuk mengukur tingkat keaktifan siswa dalam
156 PAKAR
PENDIDIKAN. VOL. 10 NO. 2 JULI 2012 (151-162)
proses pembelajaran. Hasil penelitian pra siklus
ini akan dijadikan dasar dalam menyusun rencana dan pelaksanaan perbaikan.
Kekurangan yang terjadi dan tergambar dari hasil penelitian pra siklus ini
rata-rata persentase indikator keaktifan hanya mencapai 39,71%
Tabel 1. Persentase Indikator Keaktifan
Pra
Siklus
No
|
Indikator
|
Persentase
|
|
|
|
1
|
Antusias siswa dalam
|
81%
|
|
mengikuti pembelajaran
|
|
|
|
|
2
|
Pemahaman konsep dari materi
|
9%
|
|
yang dipelajari
|
|
|
|
|
3
|
Interaksi siswa dengan guru
|
14%
|
|
|
|
4
|
Penyelesaian tugas secara
|
51%
|
|
individual
|
|
|
|
|
5
|
Penyelesaian tugas secara
|
43%
|
|
berkelompok
|
|
|
|
|
|
Total Persentase Indikator
|
39,71%
|
|
Keaktifan
|
|
|
|
|
Hasil temuan pada tahap pra
siklus diperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa untuk semua indikator
keaktifan yang diukur hanya 39,71%. Persentase terendah terdapat pada indikator
pemahaman konsep materi yang dipelajari sebesar 9% dan interaksi siswa dengan
guru sebesar 14%.
Berdasarkan rincian persentase
indikator keaktifan di atas ditemukan kekurangan dalam proses pembelajaran
akuntansi materi jurnal penyesuaian yang berkaitan dengan keaktifan siswa.
Hasil temuan pada tahapan pra
siklus pada table 1 menunjukkan tingkat keaktifan siswa lebih banyak pada
kriteria sedang dan
rendah. Tingkat keaktifan siswa pada kriteria rendah 12 orang atau
sebesar 38% dan pada tingkat sedang 10 orang atau sebesar 31%. Sementara pada
kriteria sangat tinggi hanya 4 orang atau 13% dan kriteria tinggi 6 orang atau
19%. Jadi perlu peningkatan pada keaktifan siswa agar siswa pada kriteria
rendah tidak ada lagi, sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah
dirumuskan.
|
|
Sangat
|
|
13%
|
Tinggi
|
38%
|
19%
|
Tinggi
|
|
|
Sedang
31%
Rendah
Gambar 1. Diagram Persentase Keaktifan
Siswa
Pada Pra Siklus
Siklus I
Kekurangan pada tahap pra siklus kemudian
dievaluasi dan dilakukan perencanaan untuk mengambil tindakan perbaikan. Dari
hasil evaluasi didapat kesimpulan untuk mengatasi kekurangan tersebut perlu
metode yang revelan dengan mengikutsertakan siswa secara aktif dan
melibatkannya secara luas. Maka dipilihlah metode bermain peran, karena dalam
metode ini siswa terlibat langsung melalui peran yang dimainkan.
Tahapan kegiatan pada siklus I adalah sebagai
berikut: 1) Perencanaan dengan menyusun RPP, skenario pembelajaran dan
Peningkatan
Keaktifan dan Hasil….(Riry Mardiyan) 157
skenario bermain peran, kelompok bermain peran dan kelompok pengamat,
lembar kerja siswa dan soal tes; 2) Pelaksanaan tindakan dilakukan selama lima
kali, pertemuan 1, 2, 3, dan 4 pada tanggal 10, 13, 17 dan 20 Februari 2012
dengan mengamati setiap indikator keaktifan dan pada pertemuan kelima
dilaksanakan tes kemampuan pemahaman materi jurnal penyesuaian pada tanggal 24
Februari 2012; 3) Refleksi, pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang
telah
Pada siklus I ditemukan hasil jumlah siswa pada
kriteria keaktifan sangat tinggi dan tinggi meningkat. Pada kriteria sangat
tinggi sebesar 41% atau sebanyak 13 orang dan kriteria tinggi 44% atau sebanyak
14 orang. Namun masih terdapat siswa pada tingkatan rendah sebanyak 2 orang
atau 6%. Untuk memenuhi indikator keberhasilan dengan siswa pada kriteria
rendah tidak ada lagi, maka masih diperlukan siklus II.
dilaksanakan
pada siklus I dengan mengolah hasil pengamatan indikator keaktifan dan
6%
Sangat
Tinggi
menganalisis
hasil tes kemampuan siswa.
9% Tinggi
41%
Tabel
|
2. Persentase Indikator
|
Keaktifan
|
||
Siklus
I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Indikator/Deskriptor
|
Persenta
|
|
|
|
|
se
|
|
|
|
|
|
|
|
1 Antusias siswa dalam mengikuti
|
95%
|
|
|
|
pembelajaran
|
|
|
44%
Sedang
Rendah
2
|
Pemahaman konsep dari materi
|
50%
|
|
yang dipelajari
|
|
|
|
|
3
|
Interaksi siswa dengan guru
|
40%
|
|
|
|
4
|
Penyelesaian tugas secara
|
77%
|
|
individual
|
|
|
|
|
5
|
Penyelesaian tugas secara
|
66%
|
|
berkelompok
|
|
|
|
|
Total
Persentase Indikator
|
65,50%
|
|
Keaktifan
|
|
Hasil temuan pada siklus I menunjukkan indikator
keaktifan siswa yang diukur meningkat menjadi 65,50% yang tertera pada table 2.
Namun masih diperlukan perbaikan pada indikator pemahaman konsep dari materi
yang dipelajari dan interaksi siswa dangan guru, karena indikator ini berkaitan
dengan hasil belajar siswa.
Gambar 2. Diagram Persentase Keaktifan
Siswa
Pada Siklus I
Hasil temuan yang diperoleh dari analasis tes
kemampuan siswa pada siklus I ditemukan rata-rata ketuntasan hasil belajar
siswa sebesar 58,16% yang masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal ≥
67,00%. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 orang atau 44% dan yang tidak
tuntas sebanyak 18 orang atau 56%. Persentase ketuntasan tertinggi 83% dan
terendah 11%, hal ini mengindikasikan masih rendahnya pemahaman siswa pada
materi jurnal penyesuaian. Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu rencana dan
pelaksanaan perbaikan
158 PAKAR
PENDIDIKAN. VOL. 10 NO. 2 JULI 2012 (151-162)
terhadap hasil belajar siswa dengan mengulang kembali materi yang belum
dipahami dengan menggunakan metode bermain peran.
Siklus II
Kekurangan yang ditemukan pada siklus I perlu
rencana dan pelaksanaan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan perbaikan untuk
pendalaman materi pada siklus II ini masih menggunakan metode bermain peran (role playing) dengan fokus perhatian
pada siswa dengan tingkatan keaktifan rendah dan hasil belajarnya belum tuntas.
Indikator keaktifan yang menjadi fokus perbaikan
pada siklus II yaitu pemahaman konsep materi yang dipelajari, interaksi siswa
dengan guru dan penyelesaian tugas secara berkelompok. Sementara itu materi
yang perlu perbaikan pada siklus II yaitu beban dibayar di muka dicatat sebagai
harta dan beban, penyusutan aktiva tetap, dan pendapatan diterima di muka
dicatat sebagai pendapatan.
Tahapan kegiatan pada siklus I adalah sebagai
berikut: 1) Perencanaan, dengan menyusun RPP, skenario pembelajaran, kelompok
yang bermain peran, kelompok pengamat, lembar kerja siswa dan soal tes. 2)
Tindakan dan Pengamatan, dilakukan selama empat kali, pertemuan 1, 2, 3 pada
tanggal 28 Februari, 2 dan 6 Maret 2012 pengamatan terhadap indikator, dan pada
pertemuan
keempat dilaksanakan tes kemampuan pemahaman materi
jurnal penyesuaian pada tanggal 12 Maret 2012. 3) Refleksi, dilakukan evaluasi
tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II dengan mengolah hasil
pengamatan indikator keaktifan dan menganalisis hasil tes kemampuan siswa.
Tabel 3. Persentase Indikator Keaktifan
Siklus II
No
|
Indikator/Deskriptor
|
Persentase
|
||
|
|
|
|
|
1
|
Antusias
|
siswa
|
dalam
|
98%
|
|
mengikuti pembelajaran
|
|
||
|
|
|
||
2
|
Pemahaman konsep
dari
|
83%
|
||
|
materi yang dipelajari
|
|
||
|
|
|
|
|
3
|
Interaksi
|
siswa
|
dengan
|
54%
|
|
guru
|
|
|
|
|
|
|
||
4
|
Penyelesaian tugas secara
|
81%
|
||
|
individual
|
|
|
|
|
|
|
||
5
|
Penyelesaian tugas secara
|
67%
|
||
|
berkelompok
|
|
|
|
|
|
|
||
|
Rara-rata Persentase
|
76,60%
|
||
|
Indikator Keaktifan
|
|||
|
|
|||
|
|
|
|
|
Pada siklus II menunjukkan
indikator keaktifan siswa yang diukur sudah meningkat menjadi 76,60% yang tertera
pada table 3. Indikator yang menjadi fokus perhatian pada siklus I telah
mengalami peningkatan yaitu pemahaman konsep materi yang dipelajari meningkat
menjadi 83% dan interaksi siswa dengan guru 54%.
Pada siklus II ditemukan hasil
bahwa siswa pada tingkat keaktifan pada kriteria rendah tidak ada lagi atau 0%
dan siswa pada kriteria sangat tinggi meningkat menjadi 59% atau 19 orang dan
tingkat tinggi 34% atau 11 orang.
Peningkatan
Keaktifan dan Hasil….(Riry Mardiyan) 159
|
Sangat
|
6%
|
Tinggi
|
34%
|
Tinggi
|
|
59%
|
||
|
||
|
Sedang
|
Gambar 3. Diagram Persentase Keaktifan
Siswa Pada Siklus II
Hasil temuan pada siklus II diperoleh rata-rata
ketuntasan hasil belajar siswa sudah meningkat menjadi mencapai 74,94%. Jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 25 orang atau 78% dan yang tidak tuntas 7 orang atau
22%. Walaupun indikator keberhasilan telah tercapai, namun perlu penuntasan
bagi siswa yang tidak tuntas dengan mengadakan program remedial dengan teknik
pemberian tugas. Pada akhir pelaksanaan program remedial diadakan tes remedial
dengan hasil seluruh siswa mencapai ketuntasan dengan hasil belajar ≥ 67,00%.
Temuan penelitian tindakan kelas dari tahap pra
siklus, siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan pada keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian dan hasil belajar
yang didapat. Penggunaan metode bermain peran (role playing) dalam proses pembelajaran memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jadi
hipotesis tindakan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
akuntansi materi jurnal
penyesuaian pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3
Bukittinggi dapat meningkat dengan metode bermain peran (role playing) terpenuhi atau terbukti.
Pembuktian hipotesis tindakan
tersebut dilakukan dengan membandingkan hasil temuan yang diperoleh dari tahap
pra siklus, siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut disimpulkan
terjadinya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Perbandingan
indikator keaktifan siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II
menunjukkan peningkatan untuk setiap indikator yang diukur. Pada tahap pra
siklus rata-rata persentase indikator keaktifan 39,71%, pada siklus I meningkat
menjadi 65,50% dan pada siklus meningkat lagi menjadi 76,60%.
Tabel 2. Perbandingan Indikator Keaktifan
No
|
Indikator
|
|
Pra
|
Siklus
|
||
|
siklus
|
|
|
|||
|
I
|
II
|
||||
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Antusiassiswa
|
dalam
|
81%
|
95%
|
98%
|
|
|
mengikuti pembelajaran
|
|||||
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pemahaman
|
konsep
|
dari
|
9%
|
50%
|
83%
|
|
materi yang dipelajari
|
|
||||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
3
|
Interaksi siswa dengan guru
|
14%
|
40%
|
54%
|
||
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penyelesaian
|
tugas
|
secara
|
51%
|
77%
|
81%
|
|
individual
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyelesaian
|
tugas
|
secara
|
43%
|
66%
|
67%
|
|
berkelompok
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Rata-rata persentase indikator
|
39,71%
|
65,50%
|
76,60%
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
Tingkat keaktifan siswa
berdasarkan kriteria pada pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Persentase siswa pada kriteria
160 PAKAR
PENDIDIKAN. VOL. 10 NO. 2 JULI 2012 (151-162)
sangat tinggi mengalami perubahan yang cukup berarti yang awalnya hanya
13% atau 4 orang pada pra siklus, mengalami peningkatan menjadi 41% atau 14
orang pada siklus I dan 59% atau 19 orang pada siklus II.
Sementara siswa pada kriteria rendah pada tahap pra
siklus mencapai 38% atau 12 orang, namun pada tahap selanjutnya memperlihatkan
penurunan yang signifikan menjadi 6% atau 2 orang pada siklus I dan 0% pada
siklus II. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dapat
diperbaiki dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). Hal ini terbukti dengan jumlah siswa pada tingkat
rendah 0 atau tidak ada lagi.
pembelajaran bermain peran (role
playing) yang dapat meningkatkan daya ingat siswa dan melibatkan siswa
secara luas dalam proses pembelajaran.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
sebesar 44% atau 14 orang pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 78% atau
25 orang. Pada siklus II masih terdapat siswa yang tidak tuntas sebanyak 7
orang. Bagi siswa yang tidak tuntas diadakan program remedial dengan teknik
pemberian tugas. Dari hasil remedial diperoleh hasil seluruh siswa telah
mencapai ketuntasaan hasil belajar ≥ 67.00%. Hasil tersebut menunjukkan
indikator keberhasilan penelitian tercapai.
Gambar 3. Grafik Perbandingan Kriteria
Keaktifan Siswa
Perubahan tingkat keaktifan siswa memberikan dampak
positif terhadap proses pembelajaran, yaitu siswa mampu memahami materi jurnal
penyesuaian dengan baik. Kondisi ini didukung oleh faktor metode
PENUTUP
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3
Bukittinggi dengan menggunakan
Peningkatan
Keaktifan dan Hasil….(Riry Mardiyan) 161
metode bermain peran telah mampu meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian.
Hasil temuan ini diperoleh dari pengolahan hasil observasi selama proses
pembelajaran berlangsung dan hasil tes kemampuan pemahaman materi jurnal
penyesuaian pada akhir pembelajaran. Peningkatan keaktifan siswa tersebut
terlihat dari antusias siswa terhadap materi yang dipelajari. Dampak
peningkatan ini berpengaruh terhadap ketuntasan hasil belajar siswa yang juga
meningkat. Faktor pendorong terjadinya peningkatan hasil belajar ini adalah
penggunanan metode bermain peran (role
play) yang melibatkan siswa secara
luas dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang
telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
Peningkatan rata-rata persentase indikator keaktifan, pada tahap pra siklus
hanya 39,71% dengan kekurangan pada indikator pemahaman konsep dan interaksi
siswa dengan guru,setelah dilakukan perbaikan dengan menggunakan metode bermain
peran, rata-rata persentase indikator keaktifan pada siklus I meningkat menjadi
65,50% dengan pencapaian yang belum maksimal masih pada indikator pemahaman
konsep dan interaksi guru dengan siswa. Maka dilanjutkan pada siklus II dengan
hasil rata-rata persentase indikator meningkat menjadi 76,60%. 2) Tingkat
keaktifan siswa
pada kriteria sangat tinggi mengalami perubahan yang cukup berarti yang
awalnya hanya 13% atau 4 orang pada pra siklus, mengalami peningkatan menjadi
41% atau 14 orang pada siklus I dan 59% atau 19 orang pada siklus II. Sementara
siswa pada kriteria rendah pada tahap pra siklus mencapai 38% atau 12 orang,
namun pada tahap selanjutnya memperlihatkan penurun yang signifikan pada siklus
I menjadi 6% atau 2 orang dan pada siklus II 0% atau tidak ada lagi. 3)
Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 58,16% sementara
pada siklus II meningkat menjadi 74,94%. Dengan persentase ketuntasan tertinggi
pada siklus I hanya 83%, pada siklus II ketuntasan tertinggi sudah mencapai
100%.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat
mempengaruhi pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Jadi semakin aktif
siswa dalam proses pembelajaran, maka akan lebih paham dengan materi yang
dipelajari. Ketuntasan hasil belajar akan didapat jika siswa mampu terlibat
secara luas dalam aktivitas pembelajaran dan berusaha sendiri dalam mengerjakan
tugas. Guru hendaknya mampu mempertimbangkan dan menggunakan metode mengajar
dengan baik untuk pengembangan potensi siswa. Metode mengajar yang baik tidak
hanya menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, tetapi juga
mempermudah siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Guru juga harus
menjadi fasilitator sekaligus
162 PAKAR
PENDIDIKAN. VOL. 10 NO. 2 JULI 2012 (151-162)
menjadi motivator bagi siswanya. Hal ini
sangat diperlukan dalam meningkatkan
keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran
dan hasil
belajarnya. Sekolah sebagai
suatu
lembaga yang menfasilitasi
pemenuhan semua
kebutuhan siswa hendaknya dapat
melengkapi
sarana dan prasarana yang memadai demi
tercapainya keberhasilan proses
pembelajaran
di kelas, termasuk fasilitas yang dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa seperti media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syafri. 2009. Penilaian Berbasis
Kompetensi. Padang: Universitas
Negeri Padang Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen
Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Juniarso, Triman.
http://trimanjuniarso.files.wordpress/2008/02 /sistematikfa-dan-penjelasan-ptk.
Diakses Tanggal 20 Januari 2012 jam 20:45:10.
Kusumah, Wijaya.
2009. Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Permata Puri
Media.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2004. Pendidikan Guru
Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan
PMP-Kemdiknas. http://199.91.152.82/ cfuxkqcixvqg/1oxo84zbaub4012/PEDO
MAN+PEMBUATAN+PTK.docx.
Diakses tanggal 14 Januari 2012 jam 21.05:00.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Satyasa, I Wayan.
http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENELI TIAN_ TIDAKAN_KELAS.pdf. Diakses
tanggal 15 Januari 2012 jam 20:59:18.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru
Algesindo Offset.
Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production
Sudjana,
Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Trianto.
|
2009.
|
Mendesain
|
Model
|
Pembelajaran
|
Inovatif-Progesif.
|
||
Jakarta:
Kencana Prenada
|
Media
|
||
Group.
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar