
INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA
SUMUR PEMBORAN AREA “X” CEKUNGAN JAWA TIMUR
Nofriadel, Arif Budiman
Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Andalas
Kampus
Unand, Limau Manis, Padang, 25163
e-mail: nofriadel@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan interpretasi data penampang seismik
2D dan data sumur pemboran Area “X” Cekungan Jawa Timur untuk mengetahui
litologi penyusun batuan, arah penyebaran batuan, dan bentuk struktur dan
ketebalan dari Formasi Kujung. Data penampang seismik yang digunakan berasal
dari 42 line seismik dan data sumur
pemboran yang digunakan adalah sebanyak enam sumur yang di dalamnya terdapat
log gamma ray, log resistivitas, log
densitas, dan log neutron. Analisis yang
dilakukan adalah analisis data sumur pemboran yaitu analisis litologi dan
korelasi antar sumur, serta analisis pemetaan geologi bawah permukaan.
Berdasarkan interpretasi litologi diketahui bahwa Formasi Kujung area “X”
tersusun atas batugamping (limestone)
dengan sisipan batupasir (sandstone)
yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik sebagai reservoir
hidrokarbon dan juga terdapat kandungan hidrokarbon pada formasi ini. Dari
korelasi antar sumur arah Barat-Timur, diketahui bahwa bagian Timur daerah
penelitian merupakan daerah tinggian dari Formasi Kujung dan bagian Barat
merupakan daerah rendahan. Dari korelasi arah Utara-Selatan diketahui bahwa
bagian Selatan adalah daerah rendahan dan bagian Utara adalah daerah tinggian.
Dari peta struktur puncak dan dasar untuk Formasi Kujung diketahui bahwa
formasi ini tersebar di seluruh area penelitian. Bagian Timur merupakan daerah
tinggian dan bagian Barat merupakan daerah rendahan dari formasi ini. Dari peta
ketebalan diketahui bahwa ketebalan formasi ini bervariasi mulai dari 50 meter
hingga lebih dari 1000 meter.
Kata kunci : Formasi Kujung, data penampang
seismik, data sumur pemboran, korelasi, peta struktur dan peta ketebalan
ABSTRACT
Interpretation of 2D seismic
section and well log data of “X” area of East Java Basin to identify litology,
rock spreading direction, and form of structure map and isopach map of Kujung
Formation has been done. Seismic section data consisted of 42 seismic line and
well log data were six wells, which obtained from gamma ray log, resistivity
log, density log, and neutron log. The analysis consisted of analysis of well
log data that are analysis of lithology and wells correlations, and mapping
subsurface geological Kujung Formation. Based on the interpretation of lithology
is known that Kujung Formation of "X" area consists of limestones
with sandstone inserts that have a nice porosity and permeability as the
reservoir and there is also the presence of hydrocarbon in this formation. From
the wells correlation East-West direction, it is known the eastern area of
research is an altitude area and the Western is lower area of Kujung Formation
and from the correlation North-South direction is known the Southern is lower
area and the northern altitude areas. From the top and bottom structure map of
Kujung Formation is known that it spread in all the study area. The eastern is
the altitude area and the Western is the lower area of the formation. From
isopach map is known the thickness of this formation varies from 50 meters to
1000 meters more.
Keywords:
Kujung Formation, 2D seismic section data, well log data, correlation,
structure and isopach maps
I. PENDAHULUAN
Pada saat ini hidrokarbon menjadi
barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia pada umumnya. Akan tetapi
terkait dengan semakin menipisnya cadangan hidrokarbon, diperlukan pencarian
terhadap lapangan produksi baru. Untuk melakukan pencarian cadangan hidrokarbon
baru, dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi dari ilmu geofisika.
Geofisika adalah salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari sifat fisik
bumi dan struktur interior bumi secara kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan matematika dan fisika, yang dikenal dengan sebutan Mathematical Physics Solution.
33

Metode seismik adalah salah satu
metoda geofisika yang sangat sering digunakan dalam dunia eksplorasi minyak dan
gas. Metode ini pada prinsipnya memanfaatkan penjalaran gelombang seismik yang
melewati material bumi. Sumber gelombang seismik bisa berasal dari sumber
buatan, misalnya ledakan dinamit, ketukan sumber palu, pembangkit getaran dari
alat vibroseis, dan lain sebagainya.
Sumber tersebut mengakibatkan terjadinya getaran pada titik ledak, yang kemudian energi bergerak ke sekelilingnya berupa
gelombang mekanik. Gelombang yang dipantulkan oleh reflektor di bawah permukaan
akan diterima oleh geopon dan kemudian di proses sehingga menghasilkan rekaman
berbentuk seismogram yang terdiri dari rangkaian waktu tempuh dan kuat energi
Setelah rekaman data seismik dihasilkan kemudian
dilakukan proses pengolahan data. Proses pengolahan data ini pada hakikatnya
adalah suatu proses untuk mengolah data rekaman seismik menjadi data dalam
bentuk penampang seismik yang telah mengikuti bentuk penampang geologi yang
sebenarnya. Dengan adanya penampanng seismik ini, maka akan dapat dilakukan
interpretasi untuk mendapatkan bentuk peta bawah permukaan dan mengetahui
kemungkinan-kemungkinan suatu zona atau wilayah memiliki prospek kandungan
hidrokarbon yang kemudian dilanjutkan dengan proses pengeboran.
Setelah proses pengeboran
dilakukan, maka dilanjutkan dengan proses well
logging. Well logging merupakan
suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke dalam lubang sumur, untuk
evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan. Tujuan
dari well logging dalam eksplorasi
hidrokarbon adalah untuk mendapatkan informasi litologi, pengukuran porositas,
pengukuran resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon yang pada akhirnya digunakan
untuk menentukan zona dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam
suatu reservoir. Hasil pengukuran disajikan dalam kurva log vertikal yang
sebanding dengan kedalamannya dengan menggunakan skala tertentu sesuai
keperluan pemakainya. Kurva log yang dihasilkan terdiri dari beberapa tipe
seperti log listrik, log radioaktivitas, log densitas, log neutron, dan lain-lain sebagainya.
Biasanya di suatu wilayah, proses
eksplorasi seismik dilakukan untuk beberapa lintasan, sedangkan proses
pengeboran dilakukan pada beberapa titik yang diperkirakan memiliki prospek
kandungan hidrokarbon. Sehingga dengan melakukan pengikatan antara data
penampang seismik dan data sumur pemboran (well
seismic tie) dapat dilakukan interpretasi untuk mengetahui bentuk peta
struktur bawah permukaan yang lebih luas, akurat, dan maksimal.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di PT.
Pertamina EP Jakarta dengan mengambil objek lokasi pada pada area “X” Cekungan
Jawa Timur. Teknik penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik untuk
menjelaskan data-data yang digunakan kemudian dilakukan analisis terhadap
data-data tersebut. Untuk mencapai metode ini, dilakukan beberapa tahapan,
diantaranya :
2.1
Tahap Persiapan
Tahap pendahuluan adalah tahapan
yang dilakukan sebelum proses pengolahan data dilakukan. Pada tahap ini yang
dilakukan adalah studi literatur dan pengumpulan data. Studi literatur yaitu
mempelajari semua hal-hal yang berguna untuk menunjang penelitian diantaranya
geologi regional dan stratigrafi Cekungan Jawa Timur, teknik analisis data log
dan data seismik, dan teori-teori dasar geologi lainnya. Sedangkan untuk
pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data-data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu data penampang seismik sebanyak 42 lin seismik, data
sumur pemboran sebanyak 6 sumur, data log sonik, dan data check-shoot.
2.2
Tahap Pengolahan Data
Dalam tahap pengolahan data,
dilakukan beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil akhir berupa bentuk geometri
dari formasi batuan hasil pengendapan yang ada di Cekungan Jawa Timur. Diantara
tahapan tersebut adalah tahap pengolahan data sumur pemboran, pembuatan
korelasi antar sumur, pembuatan peta struktur dan ketebalan dari formasi batuan
yang diinterptretasikan.
34

2.2.1
Pengolahan data sumur pemboran
Pengolahan data sumur meliputi
interpretasi data log yang dilakukan pada 4 sumur karena dari 6 buah data sumur
pemboran yang dipakai, hanya 4 sumur yang menembus sampai ke Formasi Kujung.
Dalam interpretasi ini, data sumur diinterpretasikan berdasarkan bentuk dan
nilai dari masing-masing log yang dimiliki oleh tiap sumur. Log-log yang
digunakan antara lain : log gamma ray
(GR), log resistivtas, log densitas (RHOB), dan log neutron (NPHI). Dari data log ini, akan ditentukan litologi
penyusun batuan, sifat fisik batuan (porositas dan permeabilitas), dan kadungan
fluida yang terdapat di sekitar sumur pengeboran khususnya pada Formasi Kujung.
Dalam melakukan interpretasi data log ini, semua data log yang digunakan
digabung ke dalam satu tabel yang mana urutan kolomnya yaitu log GR, skala
kedalaman, log resistivitas, gabungan log neutron
dan densitas, marker, dan jenis litologi.
2.2.2
Korelasi antar sumur
Penentuan batas-batas korelasi
dan marker antar log sumur didasarkan atas karakteristik bentuk log (khusunya
log GR) dan litologi penyusun batuan. Tujuan korelasi adalah untuk mengetahui
dan rekonstruksi kondisi bawah permukaan (struktur dan stratigrafi) dan juga
untuk melihat bentuk dari penyebaran pengendapan batuan pada masing-masing
formasi. Korelasi juga dapat dilakukan dengan melihat puncak-puncak farmasi
atau dasar-dasar formasi pada masing-masing lapisan batuan yang ditemui pada
waktu pengeboran. Setelah marker pada
masing-masing puncak farmasi didapatkan dan telah diyakini bahwa bentuk atau
pola log tersebut mewakili perlapisan yang sama, selanjutnya dilakukan
pekerjaan menghubungkan marker dari
satu sumur ke sumur yang lain. Korelasi dilakukan untuk semua puncak farmasi yang ditemukan pada waktu pengeboran
dilaksanakan.
2.2.3
Pembuatan peta struktur dan ketebalan dari Formasi
Kujung
Pembuatan peta struktur diawali
dengan melakukan proses pengikatan antara data penampang seismic dengan data
sumur pemboran (well-seismic tie). Well-seismic tie dilakukan berdasarkan
log densitas, data check shoot, dan
data sonic. Dari data-data ini,
dihitung besar nilai impedansi akustik batuan, nilai koefisien refleksi antar
batuan, dan pembuatan sintetik seismogram yang disesuaikan dengan bentuk data
seismik. Setelah proses well-seismic tie
maka dilanjutkan dengan picking horizon
dan struktur. Pada proses ini dilihat ada atau tidaknya sesar. Adanya sesar
dapat dikenali dengan ketidakmenerusan refleksi gelombang seismik pada
penampang seismik maupun dengan menggunakan peta atribut seismik dari nilai
koherensi yang rendah. Setelah picking
horizon dan struktur selesai, dilanjutkan denga proses gridding dan mapping untuk
bisa menghasilkan bentuk peta struktur dan ketebalan dari Formasi Kujung. Peta strukutur yang dibuat adalah puncak dan
dasar dari Formasi Kujung.
2.3
Tahap Hasil dan pembahasan
Hasil interpretasi litologi
berdasarkan data sumur pemboran kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui
jenis batuan penyusun, kandungan fluida yang mengisi batuan, serta kodisi fisik
dari batuan tersebut. Dari analisis ini akan diketahui apakah formasi batuan
tersebut memiliki prospek hidrokarbon atau tidak. Dari hasil korelasi antar
sumur pemboran, dapat di analisis arah penyebaran dan pertumbuhan dari formasi
batuan. Dan dari hasil pemetaan bawah permukaan dapat dilakukan analisis
terhadap bentuk peta struktur apakah pemetaan yang dilakukan telah mendekati
bentuk struktur lapisan bawah permukaan yang sebenarnya. Dari sini juga akan
didapatkan kemana arah penyebaran dari formasi batuan.
2.4
Tahap Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini akan disimpulkan
bagaimana kondisi dari formasi batuan yang didapatkan. Dan juga akan diberikan
beberapa saran yang terkait dengan topik Tugas akhir ini dan juga
rekomendasi-rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
35

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Interpretasi Litologi Formasi Kujung Berdasarkan
Data Sumur Pemboran
Dari enam titik sumur pengeboran
yang yang digunakan dalam penelitian ini, hanya empat sumur yang pemborannya
menembus ke Formasi Kujung, yaitu sumur KRDN-2, sumur KRDN-3, sumur KRDN-4, dan
sumur KRDN-5, maka untuk selanjutnya pembahasan akan dilakukan untuk keempat
sumur tersebut. Hasil interpretasi litologi untuk keempat sumur pemboran dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Hasil interpretasi litologi Formasi Kujung untuk semua Sumur

Berdasarkan log GR yang dimiliki oleh semua sumur
diketahui bahwa ini litologi penyusun batuan Formasi Kujung adalah batugamping
(limestone) dengan sisipan batupasir
(sandstone) dengan besar nilai GR
yang dihasilkan oleh formasi batuan berkisar antara 0-30 API yang
diklasifikasikan kepada nilai GR rendah. Nilai GR rendah ini menunjukkan bahwa
kandungan radioaktif yang dihasilkan dari peluruhan unsur sangat kecil dan juga
menunjukkan bahwa kandungan batulempung (clay)
dan batuserpih (shale) dalam formasi
ini sangat sedikit. Dari log resistivitas diketahui bahwa terdapat
kandungan hidrokarbon yang cukup tinggi dalam formasi ini
dengan nilai resistivitas dihasilkan berkisar antara 200-2000 Ω.m. Dan
berdasarkan kurva log neutron (NPHI)
dan log densitas (RHOB), terdapat cross
over pada Formasi Kujung. Dengan adanya cross
over menunjukkan bahwa batuan penyusun Formasi Kujung ini memiliki
porositas dan permeabilitas baik yang sangat berpotensi sebagai reservoir
hidrokardon.
3.2
Analisis Penyebaran Formasi Kujung Berdasarkan
Korelasi Data Sumur Pemboran
Korelasi yang dilakukan merupakan
korelasi stratigrafi. Untuk melakukan korelasi ini, digunakan lapisan penunjuk
berupa posisi masing-masing dari puncak formasi batuan yang ditembus pada waktu
pemboran. Lintasan yang diambil pada korelasi stratigrafi ini yaitu sebanyak
dua lintasan yang memiliki arah Barat-Timur dan Utara-Selatan.
Korelasi yang digunakan pada arah Barat-Timur ini
dibantu dengan menggunakan data log GR. Dimana terlihat ketika kurva log GR
mulai memasuki lapisan Formasi Kujung, terjadi perubahan arah kurva yang sangat
drastis dari harga yang tinggi ke harga yang rendah yang mengidentifikasikan
terjadi perubahan litologi penyusun batuan. Dari korelasi Barat-Timur terlihat
bahwa semakin ke Timur kedalaman dari Formasi Kujung semakin dangkal. Hal
sebaliknya, semakin ke Barat kedalaman dari posisi Formasi Kujung semakin dalam
seperti yang terlihat pada Gambar 1.
36


Gambar 1
Korelasi stratigrafi arah Barat-Timur
Korelasi Utara-Selatan ini,
terlihat bahwa semakin ke Selatan keberadaan posisi Formasi Kujung semakin
dalam dan semakin ke Utara semakin dangkal. Sehingga dapat diketahui bahwa
bagian Selatan area “X” Cekungan Jawa Timur merupakan daerah rendahan dan
wilayah Utara merupakan daerah tinggian. Korelasi sumur Utara-Selatan dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2
Korelasi stratigrafi arah Utara-Selatan
3.3
Analisis Penyebaran Formasi Kujung Berdasarkan Peta
Struktur dan Peta Ketebalan
Pembuatan peta struktur yang
dilakukan meliputi peta struktur puncak formasi dalam domain waktu dan
kedalaman, peta struktur dasar formasi dalam domain waktu dan kedalaman, peta
ketebalan formasi dalam domain waktu dan kedalaman.
3.3.1
Peta Puncak Formasi Kujung
Berdasarkan peta puncak Formasi
Kujung diketahui bahwa formasi ini tersebar di semua daerah penelitian. Di
bagian tengah dari formasi ini mengalami pencekungan (sagging). Daerah tinggian dari Formasi Kujung pada daerah
penelitian ini mengarah ke bagian Timur, sedangkan daerah rendahan mengarah ke
bagian Barat. Bentuk Peta strukutur puncak Formasi Kujung dapat dilihat pada
Gambar 3.
37

Gambar 3
Peta struktur puncak Formasi Kujung dalam domain kedalaman
3.3.2
Peta Dasar Formasi Kujung
Berdasarkan peta dasar Formasi
Kujung diketahui bahwa formasi ini tersebar di semua bagian daerah penelitian.
Daerah rendahan pertumbuhan dari Formasi Kujung adalah ke bagian Barat,
sedangkan daerah tinggian dari pertumbuhan formasi ini adalah pada bagian
Timur. Bentuk Peta strukutur puncak Formasi Kujung dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4
Peta struktur dasar Formasi Kujung dalam domain kedalaman
3.3.3
Peta Ketebalan Formasi Kujung
Berdasarkan peta struktur
ketebalan dapat diketahui bahwa arah penyebaran dari pertumbuhan Formasi Kujung
tidak merata. Ketebalan dari Formasi Kujung bervariasi mulai dari 50 meter
hingga 1000 meter lebih. Nilai ketebalan ini jika ditampilkan dalam waktu
tempuh gelombang seismik, sama dengan 50 ms hingga 950 ms waktu yang dibutuhkan
oleh gelombang seismik untuk melewati ketebalan dari formasi Kujung ini. Namun
ketebalan dari Formasi Kujung didominasi pada kisaran 400 ms hingga 600 ms (400
m hingga 650 meter) yang disimbolkan dengan warna hijau muda hingga hijau tua.
Bentuk peta struktur ketebalan dari Formasi Kujung dapat dilihat pada Gambar 5.
38

Gambar 5
Peta ketebalan Formasi Kujung dalam domain kedalaman (isopach)
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil interpretasi data penampang
seismik dan data sumur pemboran, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.
Berdasarkan interpretasi litologi
terhadap kurva log, diketahui bahwa Formasi Kujung area “X” cekungan Jawa Timur
memiliki litologi penyusun berupa batugamping (limestone) dengan sisipan batpasir (sandstone). Batuan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang
bagus sebagai reservoir hidrokarbon dan terdapat kandungan hidrorabon pada
formasi batuan ini.
2. Dari
korelasi Barat-Timur terlihat bahwa semakin ke Timur kedalaman dari Formasi
Kujung semakin dangkal. Hal sebaliknya, semakin ke Barat kedalaman dari posisi
Formasi Kujung semakin dalam. Sedangkan Dari korelasi Utara-Selatan terlihat
bahwa semakin ke Selatan keberadaan posisi Formasi Kujung semakin dalam dan
semakin ke Utara semakin
3. Dari
hasil analisis peta struktur dan ketebalan dari Formasi Kujung, diketahui bahwa
formasi ini tersebar di semua daerah penelitian. Bagian Timur merupakan daerah
tinggian dan bagian Barat merupakan daerah rendahan dari formasi. Ketebalan
dari Formasi Kujung bervariasi mulai dari 50 meter hingga 1000 meter lebih.
Nilai ini jika ditampilkan berdasarkan waktu tempuh gelombang seismik, sama
dengan 50 ms hingga 950 ms waktu yang dibutuhkan oleh gelombang seismik untuk
melewati ketebalan dari formasi Kujung ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan, J.T., 1983, Modern Open
Hole Log Interpretation, Pen Well Publishing Co., Tulsa, Oklahoma
Hartantyo E., 2004, Metode Seismik
Bias dan Pantul, Universitas Gajah Mada. Koesoemadinata, R.P., 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung:
ITB Pertamina, 1999, Laporan Pertamina
(Unpublished).
Pertamina, 2003, Laporan Pertamina (Unpublished).
Priyono, A., 1993, Dasar-dasar
Eksplorasi Seismik, FIKTM Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Bandung: ITB
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. and Keys, D.A.,
1990, Applied Geophysics, Cambridge
Univ. Press.
39
Blognya sangat bermanfaat…
BalasHapusSaya masih terbilang awam mengenai interpretasi seismik ini. Saya ingin bertanya, jika kita memiliki 20 sumur yang sudah di lengkapi dengan data sumur masing-masing, apakah saat melakukan well seismik tie boleh hanya dari beberapa sumur saja? katakanlah kita melakukan tie terhadap 10 sumur dari 20 suumur yg ada. ataukah harus kesemuanya? dan alasan kita boleh/tidak melakukan tie terhadap beberapa sumur saja apa?
trimakasih…
Best Regard