Minggu, 11 Desember 2016

PEMUKIMAN KUMUH SEBELUM DAN SETELAH

BERDIRINYA TPST BANTAR GEBANG

Anindia Septiani anindia.ndi@gmail.com

Djaka Marwasta marwasta_d@geo.ugm.ac.id

Abstract

Population growth in cities occurs due to natural population growth and migration.TPST Bantar Gebang is located in Bekasi has provided employment opportunities for migrants. Most migrants have low education and they don’t have theskills so work in informal sector.

Research area is located in Cikiwul, Ciketing Udik, and Sumur Batu village. Determination of the respondent with proportional sampling method obtained 91 respondents. Techniques sampling with simple random sampling. Collecting data through interviews. Analysis data with cross tabulation and table distribution frequency relative.

The results of this research are the reason natives stay around the TPST is due to follow the family and the reason migrants stay around the TPST is to find job. The process of living population before and after established of TPST on own initiative. There are difference the number of migrants and the number of slums area before and after established TPST in each village.

Keywords : Migrant, Slums Area, Resettlement, TPST Bantar Gebang,

Abstrak

Pertambahan penduduk di kota terjadi karena pertumbuhan penduduk alami dan migrasi. TPST Bantar Gebang yang terletak di Kota Bekasi telah memberikan kesempatan kerja bagi pendatang. Sebagian besar pendatang berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan sehingga bekerja di sektor informal.
Daerah penelitian terletak di Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Ciketing Udik, dan Kelurahan Sumur Batu. Penentuan responden dengan metode proportional sampling diperoleh 91 responden. Pengambilan sampel dengan teknik sampling acak sederhana. Pengumpulan data melalui wawancara. Analisis data dengan tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi relatif.
Hasil dari penelitian ini yaitu alasan penduduk asli bermukim di sekitar TPST adalah mengikuti keluarga dan alasan pendatang bermukim di sekitar TPST adalah mencari pekerjaan. Proses bermukim penduduk sebelum dan setelah berdirinya TPST atas inisiatif sendiri. Terdapat perbedaan jumlah pendatang dan jumlah permukiman kumuh sebelum dan setelah berdirinya TPST di tiap kelurahan.

Kata Kunci : Pendatang, Pemukiman, Permukiman Kumuh,TPST Bantar Gebang

















391


PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan penduduk perkotaan disebabkan oleh pertambahan alami penduduk perkotaan dan adanya migrasi dari satu daerah ke daerah lainnya.Migrasi penduduk merupakan suatu bentuk respon dari adanya perbedaan variasi keadaan lingkungan dan kesempatan dengan keadaan dimana mereka tinggal. Dampak negatif dari migrasi ini disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah asal dengan daerah tujuan.
Salah satu tujuan lokasi penduduk bermigrasi adalah tempat–tempat yang dianggap memiliki daya tarik untuk peluang lapangan pekerjaan seperti TPST Bantar Gebang. TPST Bantar Gebang terletak di tiga Kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Sumur Batu dan Kelurahan Cikiwul.
Sejak didirikannya TPST Bantar Gebang tahun 1988, banyak penduduk dari berbagai daerah yang melakukan migrasi ke TPST Bantar Gebang. Perubahan penggunaan lahan tidakhanya disebabkan oleh adanya TPST, tetapi juga disebabkan oleh berkembangnya pusat-pusat perdagangan, pelayanan, dan jasa di luar TPST Bantar Gebang. Faktor aksesibilitas yang mudah dan dekat ke pusat Kecamatan Bantar Gebang dan ke pusat Kota Bekasi juga membuat banyak pendatang bermigrasi ke TPST Bantar Gebang.
Pendatang yang melakukan migrasi ke TPST Bantar Gebang berasal dari berbagai daerah. Sebagian besar pendatang yang melakukan migrasi tersebut adalah pendatang yang tidak memiliki keterampilan dan berpendidikan rendah sehingga banyak dari pendatang tersebut yang bekerja sebagai pemulung.

Terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 mengakibatkan peningkatan migrasi. Adanya migrasi ke TPST Bantar Gebang menyebabkan permintaan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat, sementara luas lahan kota secara administratif tetap. Dampaknya terjadi pemadatan bangunan (densifikasi) permukiman, yang berakibat menurunnya kualitas permukiman. Dengan demikian timbul daerah– daerah permukiman yang kurang layak huni yang padat, yang selanjutnya disebut sebagai

392

daerah kumuh.Hal ini yang menimbulkan banyak berdirinya permukiman kumuh di sekitar TPST Bantar Gebang.
Masalah tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakahalasanpenduduk bermukim di sekitar TPST Bantar Gebang?

Bagaimana proses bermukim dan motivasi penduduk tinggal di permukiman kumuhdi sekitar TPST Bantar Gebang?
Apakah terdapat perbedaan jumlah pendatang dan jumlah permukiman kumuh sebelum dan setelah TPST Bantar Gebang berdiri di tiap

kelurahan?
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.      Mengetahui alasanpenduduk bermukim di sekitar TPST Bantar Gebang
2.    Mengidentifikasi proses bermukim dan motivasipenduduk tinggal di permukiman kumuh di sekitar TPST Bantar Gebang.
3.    Mengetahui jumlah pendatang dan jumlah permukiman kumuhsebelum dan setelah
TPST Bantar Gebang berdiri di tiap kelurahan.
Pemukiman adalah suatu proses untuk menempatkan seseorang atau kelompok tertentu pada suatu daerah tertentu dengan tujuan untuk bertempat tinggal, pada umumnya menetap dan sementara pada khususnya. Faktor–faktor yang harus diperhatikan dalam pemukiman adalah kondisi daerah orang yang akan dipindahkan itu berada dan daerah dimana orang tersebut akan dipindahkan (Yunus, 2004).
Menurut Poerwadarminta (2006) motivasi adalah sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Kondisi daerah asal pendatang yang berbeda-beda dapat menyebabkan adanya perbedaan motivasi. Motivasi berbeda dengan alasan, alasan merupakan tindak lanjut atau bagian dari motivasi (Martani, 2006).

Permukiman kumuhmerupakan suatu kesatuan lingkungan pemukiman tertentu yang terletak di kota besar atau di suatu kota dengan penduduk yang padat, kebanyakan terdiri dari golongan ekonomi lemah, serta dengan kondisi fisik, ekonomi, dan fasilitas sosial yang kurang memadai (Departemen Sosial, 1979). Pengaruh pertambahan penduduk di perkotaan terhadap kehidupan masyarakat, dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Namun lebih banyak pengaruh


negatif yang timbul seperti pertambahan penduduk. Akibat pertambahan penduduk ini menyebabkan terbentuknya pemukiman kumuh. Tumbuhnya pemukiman kumuh merupakan akibat dari urbanisasi dan migrasiyang tinggi.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Effendi dan Singarimbun, 1989). Unit analisa dari penelitian ini adalah rumah tangga.
Daerah penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelurahanyang termasuk kedalam kawasan TPST Bantar Gebang yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Sumur Batu, dan Kelurahan Cikiwul dengan pertimbangan hal–hal merupakan kelurahan– kelurahan yang termasuk kedalam kawasan TPST Bantar Gebang.
g.

































Gambar 1.1 Peta Administrasi DaerahPenelitian

Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive yaitu Rukun Warga yang berbatasan langsung dengan TPST antara lain RW 05 pada Kelurahan Ciketing

Udik, RW 01 pada Kelurahan Sumur Batu, dan RW 04 pada Kelurahan Cikiwul. Lokasi tersebut di pilih dengan alasan lokasi yang mengalami perubahan dengan meluasnya areal permukiman kumuh setelah berdirinya TPST Bantar Gebang.
Penentuan responden sebagai sampel dilakukan dengan metode proportionalsamplingyaitu penentuan sampel berdasarkan jumlah populasi setiap kelurahan.Besarnya jumlah sampel yang diambil untuk setiap kelurahan dapat diperoleh dengan rumus Taro Yamane :
n = N N d2 + 1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N =jumlah populasi yang diketahui d = presisi yang ditetapkan

Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel di tigakelurahan yaitu 91. Dengan jumlah sampel tiap kelurahan seperti yang tersaji dalam Tabel1. Pengambilan sampel responden per kelurahan menggunakan teknik sampling acak sederhana.
Tabel1.Jumlah Sampel Tiap Kelurahan


N









Jumlah


Jumlah


Sampel


Sampel





Kel


Lokasi







pend





o







KK


Sampel




pendatang
















asli


























1

Ciketing
RW 05
570
23
11
12



Udik






















2


Sumur
RW 01
624
25
12
13



Batu






















3

Cikiwul
RW 04
1089
43
21
22





Total



2283
91
44
47
Sumber : Laporan Kependudukan Berdasarkan Mutasi Tiap Kelurahan
Tahun 2011

Pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur, observasi non partisipatif, dan dokumentasi. Pengumpulan data sekunder dari data monografi Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Sumur batu, dan Kelurahan Cikiwul. Data tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, dan grafik dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel, dan SPSS 19.Analisis data menggunakan tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi relatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Alasan Bermukim Menurut Daerah Asal dan Daerah Tujuan

Alasan bermukim merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk tinggal di suatu tempat. Alasan bermukim penduduk asli dan pendatang yang tinggal di sekitar TPST diantaranya mencari pekerjaan, mengikuti keluarga, mengikuti jejak teman, dan lainnya.

393


Pemukim di sekitar TPST Bantar Gebang dengan alasan mencari pekerjaan antara lain berasal dari daerah Indramayu sebesar 17,49%; Karawang sebesar 8%; Bekasi sebesar 5,58%; Banten, Lampung, Pandeglang sebesar 1,59%;dan Cianjur, Cikampek, Cilacap, Cirebon, Gombong, Jakarta, Majalengka, Nganjuk, Palembang, Sukabumi, Sumenep sebesar 0,79%. Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar alasan pemukim tinggal di sekitar TPST Bantar Gebang adalah mencari pekerjaan dengan persentase sebesar 44,54%. Alasan mencari pekerjaan merupakan alasan terbesar untuk tinggal di sekitar TPST karena sebagian besar pemukim yang tinggal di sekitar TPST merupakan pendatang yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan di daerah asal kemudian mencari pekerjaan di daerah tujuan yaitu di TPST Bantar Gebang.
Pemukim yang tinggal di sekitar TPST dengan alasan mengikuti keluarga antara lain berasal dari daerah Bekasi sebesar 27,92%, Indramayu 3,18%, Karawang 1,59%, Magelang 0,79%. Sebagian besar alasan mengikuti keluarga merupakan alasan dari penduduk asli, karena penduduk asli yang tinggal di sekitar TPST mengikuti keluarga yang telah tinggal sebelumnya. Namun ada juga pendatang yang tinggal di sekitar TPST karena alasan mengikuti keluarga. Pendatang tersebut tinggal di sekitar TPST karena ada keluarga yang telah tinggal lebih dahulu di sekitar TPST.
Tabel 2 Alasan Bermukim Menurut Daerah Asal dan Daerah Tujuan

Daerah




Alasan Bermukim





Asal dan







Jejak









Daerah

Pekerjaan


Keluarga




Lainnya


Total








Teman







Tujuan

































Bekasi
5,58%
27,92%
0%
14,89%
48,40%


Indramayu
17,49%
3,18%
2,38%
0,79%
23,85%


Karawang
8%
1,59%
1,59%
0%
11,13%


Lampung
1,59%
0%

0%

0%
1,59%


Majalengka
0,79%
0%
0%
0,79%
1,59%


Banten
1,59%
0%
0%
0%
1,59%


Pandeglang
1,59%
0%
0%
0%
1,59%


Nganjuk
0,79%
0%
0%
0%
0,79%


Kebumen
0%
0%
0%
0,79%
0,79%


Cilacap
0,79%
0%
0%
0%
0,79%


Jakarta
0,79%
0%
0%
0%
0,79%


Palembang
0,79%
0%
0%
0%
0,79%


Sumenep
0,79%
0%

0%
0%
0,79%


Magelang
0%
0,79%
0%
0%
0,79%


Cianjur
0,79%
0%
0%
0%
0,79%


Gombong
0,79%
0%

0%

0%
0,79%



Sukabumi
0,79%
0%

0%

0%
0,79%


Medan
0%
0%
0%
0,79%
0,79%


Cikampek
0,79%
0%

0%

0%
0,79%



Cirebon
0,79%
0%

0%
0%
0,79%






Total






100 %


Sumber : Data Survei Lapangan,2011
394

Pemukim yang tinggal di sekitar TPST dengan alasan mengikuti jejak teman antara lain berasal dari daerah Indramayu sebesar 2,38% dan Karawang 1,59%. Alasan mengikuti jejak teman merupakan alasan pendatang yang tinggal di sekitar TPST namun ketika panen tiba mereka kembali ke daerah asal dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Hal ini membuat pendatang yang lain mengikuti jejak teman mereka yang telah berhasil untuk tinggal di sekitar TPST dan mencari pekerjaan di TPST.
Pemukim yang tinggal di sekitar TPST dengan alasan lainnya dari daerah Bekasi sebesar 14,89%, alasannya seperti mencari kehidupan yang lebih baik, asli penduduk Bekasi, memperbaiki kondisi ekonomi, warisan, dan lokasi rumah agak jauh dari TPST. Dari daerah Indramayu sebesar 0,79%, alasannya seperti asal daerah yang kurang produktif. Dari daerah Kebumen sebesar 0,79%, alasannya seperti pindah kerja. Dari daerah Majalengka sebesar 0,79%, alasannya seperti asal daerah yang kurang produktif. Dari daerah Medan sebesar 0,79%, alasannya seperti ada proyek pembuatan jalan.Alasan lainnya bagi penduduk asli dari Bekasi sebagian besar mereka tinggal di sekitar TPST karena warisan.
Jadi sebagian besar alasan bermukim penduduk asli adalah mengikuti keluarga. Sebagian besar alasan bermukim pendatang adalah mencari pekerjaan. Sebagian besar pendatang yang bermukim di sekitar TPST berasal dari daerah Indramayu. Daerah asal mempengaruhi pendatang untuk bermukim di sekitar TPST karena daerah asal yang kurang produktif, tidak memberikan lapangan pekerjaan, dan tidak memberikan harapan bagi penduduknya membuat penduduk yang tinggal di daerah tersebut memutuskan pindah ke daerah lain yang lebih memberikan kesempatan kerja. Selain daerah asal, daerah tujuan yaitu TPST Bantar Gebang Bekasi juga mempengaruhi pendatang untuk bermukim di sekitar TPST karena daerah tujuan memberikan kesempatan lapangan pekerjaan bagi pendatang yang mencari pekerjaan di TPST. Ada juga pendatang yang bermukim di sekitar TPST dengan alasan ada proyek pembuatan jalan, sehingga mengharuskan pendatang tersebuttinggal di sekitar TPST.

B. Proses Bermukim Penduduk Sebelum dan Setelah Berdirinya TPST Bantar Gebang B.1. Tahun Tinggal


Waktu proses bermukim penduduk di sekitar TPST dibagi menjadi dua yaitu sebelum dan setelah berdirinya TPST Bantar Gebang. Penduduk yang bermukim sebelum dan setelah berdirinya TPST Bantar Gebang terdiri dari penduduk asli dan pendatang.
Tabel 3 Tahun Tinggal

Jenis penduduk

Tahun Tinggal



< 1988
>= 1988






Penduduk Asli
24,2%
24,2%


Pendatang
3,18%
48%


Total
27,38%
72,62%

Sumber : Data Survei Lapangan, 2011
Penduduk yang tinggal sebelum berdirinya TPST berdasarkan Tabel 3 sebesar 27,38%. Penduduk yang tinggal setelah berdirinya TPST sebesar 72,62%. Berdirinya TPST tahun 1988 telah mendorong sejumlah penduduk terutama pendatang dari luar Kota Bekasi untuk bermukim di sekitar TPST dengan tujuan mencari pekerjaan.

B.2. Tipologi Pemukiman Sebelum Berdirinya

TPSTBantar Gebang
Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar proses bermukim penduduk asli dan pendatang sebelum TPST Bantar Gebang berdiri dilakukan dengan prakarsa sendiri sebesar 52,60%. Proses bermukim penduduk asli yang tinggal sebelum TPST Bantar Gebang berdiri dengan cara lainnya yaitu karena warisan dan mengikuti saudara dengan persentase sebesar 47,40%.
Tabel 4 Proses Bermukim Sebelum
Berdirinya TPST Bantar Gebang


Jenis penduduk

Proses Bermukim



Prakarsa


Lainnya





Sendiri













Penduduk Asli
40,58%

47,40%



Pendatang
12,02%
0%



Total
52,60%
47,40%

Sumber : Data Survei Lapangan, 2011
Tipologi pemukimanpenduduk dari daerah asal langsung ke daerah tujuan :
ABTB

Swakarsa General Treatment (Optional)

Keterangan :
AB :Daerah asal dengan kondisi tidak kumuh (B) TB :Daerah tujuan dengan kondisi mirip tidak kumuh (B)
Penduduk yang bermukim sebelum berdirinya TPST melakukan perpindahan dari daerah asal langsung ke daerah tujuan.Sebelum berdirinya TPST tidak ada permukiman kumuh sehingga kondisi daerah asal sama dengan

395

kondisi daerah tujuan yaitu tidak kumuh. Kondisi yang sama membuat penduduk tidak memerlukan proses adaptasi sehingga perlakuan yang diberikan adalah perlakuan umum.

B.3. Tipologi Pemukiman Setelah Berdirinya

TPSTBantar Gebang
Berdasarkan Tabel 5 setelah berdirinya TPST proses bermukim penduduk asli dan pendatang sebagian besar dilakukan dengan prakarsa sendiri dengan persentase sebesar 81,56%. Proses bermukim penduduk asli dengan cara lainnya yaitu karena warisan. Penduduk asli menempati rumah dari warisan orang tuanya. Proses bermukim pendatang dari institusi seperti pabrik dan lainnya seperti dari saudara.
Tabel 5 Proses Bermukim Setelah
Berdirinya TPST
Jenis



Proses Bermukim





Prakarsa

Institusi/




penduduk




Lainnya




Sendiri

Perusahaan











Penduduk Asli

20,4%

0 %

12,73%

Pendatang
61,16%
1,2%

4,51%

Total
81,56%
1,2%

17,24%
Sumber : Data Survei Lapangan, 2011

Tipologi pemukiman penduduk yang melakukan perpindahan lokasi tempat tinggal di sekitar TPST Bantar Gebang dengan kondisi yang dijadikan acuan adalah kumuh. Tipologipemukiman dari daerah asal ke daerah antara dan ke daerah tujuan yaitu :
AJTKTK
Swakarsa General Treatment

Keterangan :
AJ :Daerah asal dengan kondisi tidak kumuh (J) TK :Daerah tujuan dengan kondisi kumuh (K)
TK :Daerah tujuan dengan kondisi kumuh mirip (K) Penduduk yang bermukim setelah TPST
berdiri melakukan perpindahan dari daerah asaldengan kondisi tidak kumuh lalu pindah ke daerah antara dengan kondisi kumuh selanjutnya pindah ke daerah tujuan dengan kondisi kumuh sama seperti kondisi daerah antara. Kondisi daerah asal yang sama dengan daerah tujuan karena perpindahan penduduk tersebut masih dalam lingkungan yang kumuh hanya berbeda kelurahan atau lokasi. Proses bermukim penduduk dari daerah asal ke daerah antara memerlukan adanya proses adapatasi karena kondisi lingkungan yang berbeda. Sedangkan proses bermukim penduduk dari daerah antara ke daerah tujuan tidak memerlukan proses adapatasi karena kondisi lingkungan yang sama.


C.  Motivasi Motivasi Penduduk Tinggal di Permukim an Kumu h di Sekitar TPST
C.1. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan p mukim yang tinggal di
sekitar TPST  berdasarkan Gambar
2 sebagian
besar  adala h  pemulu ng  denga
persentase
sebesar 47,65 %. Penduduk yang bekerja sebag ai

pemulung  terdiri  dari
penduduk
asli  sebes ar
5, 58%  dan
pendatang
sebesar  42,06%.  Ba gi
pendatang
pekerjaan
sebagai
pemulung
m erupakan s a lah satu m otivasi untuk tinggal di sekitar TPST karena pendatang tersebut tidak
m emiliki
pek erjaan apabila kemb li
ke daerah
asalnya.
Bag i  pendudu k  asli  jen is
pekerjaan
bu kan merupakan motiv asi utama untuk tingg al di sekitar TP T.
45,00%
40,00%
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%

0,00%



 Penduduk Asli

 Pendatang

Sumber :Hasil A nalisis, 2011

Gambar 2 Jenis Pekerjaan

C.2. Pendap atan

Pendapatan merupakan salah satu motiv asi pemukim tinggal di pe rmukiman kumuh. Ba gi

pendatang  y ang  sebelumnya
ti ak  memi ki
pendapatan
d i
daerah
sal, ketika  pindah dan
m endapat
pe kerjaan  di
TPST  tentunya  akan
m emilih untu k tinggal di
sekitar
TPST
karena
m endapatkan
pendapatan
dari
pekerjaann a.
Be rdasarkan
Gambar

3
seb gian
bes ar
pendapatan

pendatang

kurang
dari
R p.
1. 000.000. Namun deng an biaya itu pendatang ter sebut ma mpu untuk mencuku pi kebutuhan hi dupnya.

40,00%
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%

0,00%

< 1.000.0001.
000.000 –> 2 .000.000
2.000.000


Penduduk Asli






Pendatang




S umber :Hasil Analisis, 201
1
Gambar
3 Pendapat an

C .3. Lokasi Tempat Kerja




Lokasi

tempat
bekerja
seseor ang
m enentukan
lokasi
tempat
tinggal.Pemuk im
c enderung
emilih
te mpat tingg al
yang
dekat
dengan tempat
kerja. Berdasark n
Gambar  4
s bagian  besar
pendu duk
asli
dan  pendat ang
lo kasi  temp at
kerjan ya
berada
dalam
satu
kelurahan, te rutama bag i pendatan g yang bek rja s bagai pe mulung le bih memilih berte mpat tinggal di sekitar TPST karena jara k rumah y ang dekat denga tempat kerja.
50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%







Satu

Beda
Beda
Lainnya



Kelurahan
Kelurahan
Kecamatan


Dalam Satu Dalam Satu


Kecamatan
Kota






Pe nduduk Asli


















Pe ndatang














S umber :Hasil Analisis, 201 1



Gam bar 4 Lokas i Tempat K erja
C .4. Keingi an Untuk Tinggal


Keinginan
untuk  tinggal
pendatang  dan
penduduk asli yang ting gal di sekitar TPST lebih besar diband ing keingi nan untuk pindah tempat

tinggal.
Keinginan pen datang un uk
tinggal di
s kitar
TPST
karena
pekerjaan, dekat
den gan
te mpat
kerj a,
sudah
betah  tingg al
di
sekitar
TPST, tidak ada biaya untuk pin dah, tidak ada m odal untuk usaha jika kembali ke daerah asal. K einginan p enduduk asli untuk tinggal di sekitar

TPST
karen a  alasan
sudah
lam a
tinggal  di
te mpat
tersebut, sudah
betah
tinggal
di tempat
te rsebut wal aupun kondisinya tida layak, sem ua keluarga ting gal di temp at tersebut.



396


50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%  Ya  Pen duduk Asli Tidak
 Pen datang

Sumber :Hasil A nalisis, 2011

Gambar 5 Keinginan Untuk Tinggal

C.5. Keterse diaan Sarana

C.5.1. Saran a Pendidikan
Sarana pendidikan merupaka sarana yang sangat penting untuk meningk atkan mu tu kecerdasan b angsa. Selain itu saran a pendidikan ju ga penting untuk pe ningkatan sumber daya m anusia. Len gkapnya s arana pendi dikan di tiga

kelurahan
da n
jarak  yang  terjangkau
dengan
te mpat  ting gal
pemuk im
di  s ekitar
TP ST
m empermudah
pemukim
untuk
mendapatkan
pelayanan
pendidikan.
Namun
kurangnya
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pendidikan
membuat
rendahn ya
tingk at
pendidikan
p enduduk  yang tinggal di
seki ar
TP ST.





Tabel 6 Keberadaan Sarana Pendidikan

No

Sarana

Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan



Pendidika n

Cikiwul
Ciketing Udik
Sumur Bat






1

TK

Ada
Ada
Ada

2

TPA

Ada
Ada
Ada

3

SD

Ada
Ada
Ada

4

MI

Ada
Tidak
Tidak

5

SMP

Ada
Ada
Ada

6

MTs

Ada
Tidak
Tidak

7

SMU

Tidak
Ada
Tidak

8

SMK

Ada
Ada
Ada

9

Ponpes

Ada
Ada
Tidak

Su mber : Monografi Kelurahan Ciki wul, Ciketing Udik, dan Sumur Batu,
Tah un 2011





C.5.2. Saran a Kesehatan






Sarana
kesehatan
dapat
menunjang
kesehatan seseorang. Jarak yang te rjangkau ba gi pemukim untuk mendapatkan fasilitas kesehatan m erupakan s alah satu m otivasi pe mukim untuk

tin ggal
di
sekitar  TPST.
Nam un  fasilitas
kesehatan
seperti  puskesmas
pe mbantu  tidak
berjalan
seb agaimana
mestinya.
Hanya  di
puskesmas
p embantu
Kelurahan
Sumur  Ba tu
yang berjalan dengan baik. Pelayanan yang tidak ra mah dari petugas pus kesmas dan penanganan yang lambat t idak menj adi kendala, karena biaya pengobatan yang gratis membuat pe nduduk tetap berobat ke p uskesmas pembantu yang ada di K lurahan Sumur Batu.

397

Tabel7 Keberadaan Sarana Kesehatan









Kelurahan



Kelurah an



Kelurahan



No



Sarana K sehatan






Ciketi ng












Cik iwul






Sumur Batu














Udik


























1.


Puskemas


Ada


Ada


Ada






Pembantu














2.



Rumah B rsalin


Ada


Tida


Tidak
3.



Klinik 24 jam


Ada


Ada


Ada
4.


Apotik


Ti ak


Tida


Ada
5.



Pijat Refl ksi


Ti ak


Ada


Tidak
6.


Pengobata n


Ti ak


Ada


Tidak





Tradision l














Su mber : Monografi Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, dan Sumur Batu, Ta hun 2011

C .5.3. Saran a Transportasi

Tersedianya
sarana transportasi di suatu
daerah   akan
mem permudah   aksesibil tas
penduduk da lam melakukan aktivitas. Pendu uk
c enderung
mencari   tempat
tinggal
y ang
lo kasinya
d ekat
den gan  jalan
utama
agar
m empermudah
aksesi biltasnya.
Jarak
lok asi
TPST yang tidak terlalu jauh dari Kecamatan Bantar Geba ng merupa kan salah satu motiv asi penduduk un tuk tinggal di sekitar PST.
abel 8 Alat Transport asi




Alat Tra
sportasi


Kel urahan



Kelura han

Keluraha
n





No


yang dig
unakan





Ciketing

Sumur









Ci kiwul












Respo
nden





Udik

Batu



















1.


Sepeda



Ya

Tida k

Tidak


2.

Sepeda M otor


Ya

Ya

Ya


3.

Mobil



Tidak

Tida k

Tidak


4.

Angkutan Umum


Ya

Ya

Ya

S
5.


Lainnya



Ya

Ya

Tidak

u mber
: Data Sur vei Lapangan, 2011







D .Jumlah
Pendata ng
dan

Jumlah
Permukiman Kumuh







D .1.

Jum lah
Pen atang
dan

Jumlah
Permukiman Kumuh Sebelum dan Setelah Berdirinya TPST Ba ntar Gebang di Tiap K elurahan

Wilayah Kota Bekasi yang terletak di pinggiran Ibu Kota Jak arta memi iki daya ta rik
te rsendiri
ap alagi dita
bah deng n keberad aan
TPST Banta r Gebang.
Selain itu
Kota
Bek asi
m emiliki
k esempatan
kerja
lebih
ban yak
dibanding   engan
kota
yang
letaknya  j auh
dengan
Jakarta.
Seba gai

contoh
banyak nya
in dustri sepe rti pabrik
di Kota Bekasi membuat
banyaknya  pendatang
dari
berbagai daerah di
I donesia bermigrasi
ke
Kota B ekasi
den gan
berbagai
tu juan.
Mi
rasi
ini
menimbul kan
berbagai
ma salah
terh adap
peny diaan sarana,
prasarana, dan lingku
gan
peru
ahan,
kar ena
tidak di
imbangi
deng an

pengad aan lapan gan
pekerjaan y ng memad ai. Akibat nya pendu uk yang berpe ghasilan r endah aka n menem ati lingkungan permukim n yang sesuai den gan penghasilann ya.


Tabel 9Jumlah Pendatang dan Jumlah Permukiman Kumuh Sebelum dan Setelah Berdirinya TPST Bantar Gebang di Tiap Kelurahan





Pendatang



Permukiman Kumuh







Kel


Sebelum



Setelah


Sebelum Tahun


SetelahTahun

Total










1988

1988







Tahun



Tahun


















Tidak




TidakKu









1988



1988


Kumuh




Kumuh

















Kumuh



muh





























Cikiwul
0%

50,00%
0%


0%

36,36%
13,64%
100 %



Ciketing
4,17%
45,83%
0%
4,17%
37,50%
8,33%
100 %



Udik


























Sumur
3,85%
46,15%
0%
3,85%
46,15%

0%
100 %



Batu

























Sumber : Data Survei Lapangan, 2011
Sebelum berdirinya TPST Bantar Gebang pendatang dan rumah kumuh yang ada di Kelurahan Cikiwul sebesar 0%, Setelah berdirinya TPST jumlah pendatang menjadi 50,00% dan jumlah permukiman kumuh sebesar 36,36%. Namun tidak seluruh pendatang di Kelurahan Cikiwul menempati rumah kumuh, ada 13,64% pendatang yang menempati rumah tidak kumuh (rumah permanen).
Pendatang yang ada di Kelurahan Ciketing Udik sebelum TPST berdiri sebesar 4,17%. Setelah berdirinya TPSTjumlah pendatang bertambah menjadi sebesar 45,83%dengan jumlah permukiman kumuh sebesar 37,50%. Sama dengan Kelurahan Cikiwul tidak seluruh pendatang menempati rumah kumuh, ada 8,33% pendatang yang menempati rumah tidak kumuh (rumah permanen).
Pendatang yang ada di Kelurahan Sumur Batu sebelum TPST berdiri sebesar 3,85%. Setelah berdirinya TPST jumlah pendatang bertambah menjadi sebesar 46,15% dengan jumlah permukiman kumuh sebesar 46,15%. Bertambahnya jumlah pendatang di Kelurahan Sumur Batu diikuti dengan bertambahnya jumlah permukiman kumuh. Hal ini karena seluruh pendatang di Kelurahan Sumur Batu menempati rumah kumuh.

D.2. Jumlah Pendatang dan Jumlah Permukiman Kumuh Sebelum dan Setelah Berdirinya TPST Bantar Gebang
Sebelum TPST Bantar Gebang berdiri, sesuai dengan Tabel jumlah pendatang yang ada di kelurahan di sekitar TPST adalah 2,12% dengan rumah kumuh 0%. Sejak TPST Bantar Gebang berdiri tahun 1988, banyak pendatang yang melakukan migrasi ke Kota Bekasi. TPST Bantar Gebang memiliki daya tarik bagi pendatang dari luar Kota Bekasi untuk mencari pekerjaan di TPST.

398

Tabel10 Jumlah Pendatang dan Jumlah Permukiman Kumuh Sebelum dan Setelah Berdirinya TPST Bantar Gebang




Pendatang




Permukiman Kumuh








Sebelum



Setelah



Sebelum Tahun


Setelah Tahun 1988




Kel









1988








Tahun



Tahun
























Tidak




Tidak






1988



1988



Kumuh



Kumuh














Kumuh



Kumuh























Cikiwul
0%


23,40%

0%

0%

17,02%
6,38%



Ciketing
1,06%
11,70%
0%
1,06%
9,57%
2,13%



Udik
























Sumur
1,06%
12,77%
0%
1,06%
12,77%
0%




Batu























Sumber : Data Survei Lapangan, 2011

Adanya TPST Bantar Gebang mengakibatkan daerah tersebut cepat dikuasai oleh pendatang yang bermata pencaharian sebagai pemulung. Adanya krisis moneter tahun 1998 juga menyebabkan peningkatan migrasi. Jumlah pendatang setelah TPST Bantar Gebang berdiri menjadi 47,87%.
Bertambahnya jumlah pendatang dari tahun ke tahun yang semakin meningkat juga diikuti dengan jumlah permukiman kumuh. Jumlah permukiman kumuh setelah berdirinya TPST sebesar 39,36% yang disebabkan oleh banyaknya pendatang yang menempati rumah kumuh. Jumlah pendatang yang terus meningkat dari tahun ke tahun harus diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan agar pendatang yang bermigrasi ke Kota Bekasi tidak bekerja sebagai pemulung yang akan berdampak pada penambahan permukiman kumuh.


KESIMPULAN

1.    Alasan penduduk asli bermukim di sekitar TPST adalah mengikuti keluarga. Alasan pendatang bermukim di sekitar TPST menurut daerah asal adalah mencari pekerjaan karena daerah asal yang kurang produktif. Alasan pendatang bermukim ke TPST karena TPST memberikan kesempatan lapangan pekerjaan dan karena ada proyek pembuatan jalan sehingga mengharuskan untuk tinggal di sekitar TPST.

2.    Proses bermukim penduduk sebelum dan setelah berdirinya TPST adalah atas prakarsa sendiri. Terdapat perbedaan tipologi pemukiman antara sebelum dan setelah berdirinya TPST. Sebelum berdirinya TPST tidak terdapat permukiman kumuh. Semakin banyaknya pendatang yang bermigrasi dan tinggal di sekitar TPST menyebabkan semakin berkembangnya permukiman kumuh.
3.    Motivasi pemukim tinggal di sekitar TPST adalah jenis pekerjaan, pendapatan, lokasi


tempat kerja, keinginan tinggal dan ketersediaan sarana. Motivasi pendatang untuk tinggal di sekitar TPST adalah karena pekerjaan sedangkan motivasi penduduk asli untuk tinggal di sekitar TPST karena sudah lama tinggal di tempat tersebut.
4.    Terdapat perbedaan jumlah pendatang dan jumlah permukiman kumuh sebelum dan setelah berdirinya TPST di tiap kelurahan.Jumlah pendatang sebelum TPST Bantar Gebang berdiri 2,12%. Sebelum TPST Bantar Gebang berdiri tidak terdapat permukiman kumuh. Berdirinya TPST Bantar Gebang menjadi salah satu daya tarik bagi pendatang dari luar Kota Bekasi untuk mencari pekerjaan di TPST. Setelah TPST Bantar Gebang berdiri jumlah pendatang bertambah menjadi 47,87%. Bertambahnya jumlah pendatang diikuti dengan jumlah permukiman kumuh sebesar 39,36%, karena sebagian besar pendatang bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan rendah sehingga banyak pendatang yang mengontrak rumah kumuh di sekitar TPST.










DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Identifikasi
Kawasan        Kumuh.        Jakarta:Direktorat

Jendral Cipta Karya Departemen PU.
Departemen Sosial. 1989. Laporan Hasil Penelitian Tentang Permasalahan Pelayanan Kesejahteraan Sosial di Daerah Slum, Squatter, dan di Daerah Sekitar Pemusatan Industri atau Pertambangan. Jakarta: Departemen Sosial
Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Petunjuk Operasional Penilaian Tingkat Kekumuhan.
Effendi, Sofian dan Singarimbun, Masri. 1989.

Proses Analisa Data dalam Sofian Effendi (ed). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Gerungan,    W.A.    1977.     Psikologi     Sosiologi.
Bandung: Eresco.

Kamus Tata Ruang. 1997. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. Jakarta: Yayasan Realestat Indonesia-PT.Rakasindo.
Martani, Tita. 2006. Motivasi Penduduk Dalam Menentukan Lokasi Tempat Tinggal di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Studi Kasus di Desa Caturtunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Monografi         Kelurahan.          2009.         Laporan

Penyelenggaraan        Kinerja        Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang

Kota Bekasi.
Poerwadarminta, W.J. S. 1985. Kamus Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Prihantini,      Asih.      2009.      Alasan      Penduduk
Pendatang   Menetap    di    Pinggiran     Kota
(Kasus    di     Desa    Sinduadi,     Kecamatan
Mlati,          Kabupaten          Sleman).Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Pryor,       J       Robin.      1979.       Migration       and
Development      in      South-East      Asia      A
Demographic    Perspective.     New     York:
Oxford University Press.
Romeon, Kumalasari. Perpindahan Lokasi Permukiman Pengungsi Pasca Konflik Sosial.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sadyohutomo, M. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Bumi Akasara. Jakarta.

Saroyo, Suharno. 1991. Modul Pendampingan

Sosial     Program      Pemberdayaan     Fakir
Miskin      Melalui       Mekanisme       Bantuan
Langsung Pemberdayaan Sosial (P2FM-

BLPS).       Jakarta:        Direktorat        Jendral
Pemberdayaan Sosial.
Siswono, Yudohusodo, et,al. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta.
Supartini. 2003. Pertumbuhan Pemukiman Liar Tahun 1990-2000 di Kelurahan Sungai Harapan Kecamatan Sekupang Batam dan Upaya Perencanaan Pemecahannya.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Titus, Milan J. 1982. Migrasi Antar Daerah di Indonesia(Seri Terjemahan No.12). Yogyakarta: PPK-UGM.



399


Whynne-Hammond, Charles. 1979. Elements of Human Geography. London: George Allen Uwin Population Movement.

Winoto, Gatot. 2006. Pola Kemiskinan di Permukiman Nelayan Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang.Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Yulianti, Christiana. 2000. Studi Partisipasi Masyarakat Permukiman Nelayan di Tambak Lorok Semarang.Tugas Akhir. Semarang: Universitas Diponegoro.
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Pembangunan Permukiman Kumuh di Indonesia : Mencari Solusi Praktis Untuk Permukiman Kumuh. Seminar Membangun Masyarakat Indonesia Masa Depan Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
________________. 2004. Bahan Kuliah dalam Permukiman Perkotaan. Yogyakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
________________. 2005. Manajemen Kota: Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.








































400

Tidak ada komentar:

Posting Komentar