PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26-29 September 2011
PERKEMBANGAN TEKTONIK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP POTENSI GEMPA DAN TSUNAMI
DI KAWASAN PULAU SULAWESI
1Kaharuddin MS, 2Ronald Hutagalung dan 3Nurhamdan
1Jurusan Geologi Universitas
Hasanuddin
2 Jurusan Geologi Universitas
Gorontalo
3Asosiasi
Pengusaha Marmer Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan
lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Hindia Australia dari selatan dengan
kecepatan rata 7 cm/tahun, lempemg Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar
6 cm/tahun dan lempeng Asia bergerak relatif pasif ke tenggara. Posisi Sulawesi
yang berada pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap
gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan menimbulkan
fenomena geologi dan dampak merugikan pada kehidupan manusia, terutama ancaman
gempa dan tsunami yang disetiap saat dapat terjadi. Perkembangan tektonik di kawasan
Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang, sehingga Pulau
Sulawesi termasuk daerah teraktif di Indonesia dan mempunyai fenomena geologi
yang kompleks dan rumit. Manifestasi tektonik yang ditimbulkan berupa patahan
dan gunungapi, seperti patahan Walanae (Sulawesi Selatan), Palu Koro (dari
Flores, Palu hingga Selat Makassar), Patahan Gorontalo, patahan Batui (Sulawesi
Tengah), patahan naik Selat Makassar dan patahan Matano, Lawanoppo dan Kolaka
(Sulawesi Tenggara). Dari fenomena geologi dan tektonik tersebut di atas, maka
di kawasan Pulau Sulawesi terdapat beberapa daerah rawan terhadap bencana
terutama masalah gempa dan tsunami, seperti daerah-daerah yang berada pada
jalur Patahan Walanae, Palu Koro, Selat Makassar terutama bagian tengah dan
utara, perpotongan antara patahan Kolaka dan Palu Koro, patahan Gorontalo,
Batui, Matano dan patahan Kolaka. Daerah-daerah yang harus mendapat perhatian
dan harus diwaspadai adalah daerah perpotongan atau persinggungan di antara
patahan, karena di daerah ini gempa dapat bergenerasi dan berpotensi
menimbulkan bencana geologi. Sebagai contoh, gempa yang terjadi di Makassar
pada tanggal 12 Desember 2010 dengan kekuatan 5,9 SR pusat gempa terletak 232
km ke arah baratdaya Makassar, berada pada daerah perpotongan patahan Selat
Makassar dengan patahan Laut Flores Barat.
Kata
kunci : Tektonik, gempabumi, tsunami.
PENDAHULUAN
Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan
lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Hindia-Australia dari selatan
kecepatan rata – rata 7 cm/tahun, lempeng Pasifik dari arah timur dengan
kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Asia bergerak relative pasif ke
tenggara ± 3 cm/tahun.
1
Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman
Tersier hingga sekarang, sehingga bentuknya yang unik menyerupai huru “K”, dan
termasuk daerah teraktif di Indonesia, mempunyai fenomena geologi yang kompleks
dan rumit. Manifestasi tektonik yang ditimbulkan berupa patahan dan gunungapi
dapat menibulkan gempa, tsunami dan bencana geologi lainnya.
Secara tektonik/struktur dan sejarah perkembangannya, Pulau Sulawesi
dibagi dalam 4 (empat) mintakat geologi (Endarto dan Surono, 1991) yaitu busur
volkanik Sulawesi Barat, kontinental kerak Banggai Sula, oseanik kerak Sulawesi
Timur dan kompleks metamorf Sulawesi Tengah. Keempat mintakat tersebut
dipisahkan oleh batas – batas tektonik yang saling mempengaruhi satu sama lain
Sehubungan dengan kejadian gempa dan tsunami akibat aktivitas tektonik
diatas, maka ada beberapa daerah yang harus diwaspadai yaitu pada daerah
perpotongan atau persinggungan diantara patahan, karena pada dasarnya di daerah
inilah gempa dapat bergenerasi dan berpotensi menimbulkan bencana geologi.
Peta lokasi Pulau Sulawesi ditunjukkan dalam gambar 1.
SULAWESI DAN TEKTONIK GLOBAL
Sulawesi dalam tektonik global tidak terlepas dari tatanan tektonik
Indonesia yang berada pada daerah pertemuan tiga lempeng bumi yang saling
berinteraksi satu sama lain, kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia termasuk
Sulawesi didalamya sangat berpotensi terhadap gempa dan tsunami (gambar 2).
Sejalan dengan perkembangan tektonik secara regional, posisi Indonesia
semakin tertekan dan terjepit oleh ketiga lempeng raksasa tersebut,
menjadikannya semakin rentan terhadap gempa dan tsunami yang sifatnya meningkat
terus.
Indonesia secara tektonik terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat
yang merupakan daerah interaksi antara lempeng makro (Kraton Asia
dengan lempeng Hindia-Australia), sehingga gempa dan tsunaminya lebih
besar. Sedangkan Indonesia bagian timur tersusun oleh lempeng – lempeng mikro
yang sifatnya lemah terhadap akumulasi energi dan mudah melepaskan energi dalam
wujud gempa – gempa lebih kecil dibandingkan Indonesia bagian barat, namun
frekuensinya lebih tinggi.
Secara regional, Pulau Sulawesi mendapat tekanan dari luar sehingga
terjadi deformasi secara terus menerus, seperti tekanan dari Laut Flores di
bagian selatan mengaktifkan patahan Palu-Koro dan Walanae, Banggai-Sula dan
Laut Banda dari timur mengaktifkan patahan Matano, Batui, Lawanoppo dan Kolaka,
Laut Sulawesi dari utara mengaktifkan subduksi laut Sulawesi dan patahan
Gorontalo dan aktivitas gunungapi di utara serta tekanan dari lempeng Laut
Maluku dari timur menimbulkan gempa dan gunungapi di Sulawesi Utara. Sehubungan
dengan fenomena tektonik tersebut diatas, maka di kawasan Pulau Sulawesi
terdapat empat buah patahan transcurrent yaitu
Sorong – Matano transcurrent bersifat
sinistral, Palu-Koro transcurrent
bersifat sinistral, Gorontalo transcurrent
bersifat destral dan Walanae transcurrent
bersifat sinistral. Keempat pataha tersebut diatas merupakan jalur yang
berpotensi sebagai zona rawan gempa dan tsunami.
TEKTONIK DAN STRUKTUR
Secara tektonik Pulau Sulawesi dibagi dalam empat
mintakat yang didasari atas sejarah pembentukannya yaitu Sulawesi Barat,
Sulawesi Timur, Banggai-Sula dan Sulawesi Tengah yang bersatu pada kala Miosen –
Pliosen oleh interaksi antara lempeng Pasifik, Australia tehadap lempeng Asia.
Interaksi ketiga lempeng tersebut memberikan pengaruh cukup besar
terhadap kejadian bencana alam geologi di Sulawesi pada umumnya dalam wujud
gempa bumi, tsunami, gerakan tanah, gunungapi dan banjir yang senantiasa
terjadi seiring dengan berlangsungnya aktivitas tektonik.
Di kawasan Pulau Sulawesi terdapat sedikitnya 9 unsur tektonik dan
struktur yang dapat memicu
2
terjadinya gempa dan tsunami yaitu patahan Walanae, patahan Palu-Koro,
patahan Matano-Lawanoppo, patahan Kolaka, patahan Paternoster, patahan
Gorontalo, patahan naik Batui-Balantak, subduksi lempeng Laut Sulawesi dan
subduksi lempeng Maluku. Struktur – struktur tersebut diatas merupakan dampak
dari pada aktivitas tektonik Neogen yang bekerja di kawasan Sulawesi (gambar
3).
1. Patahan
Walanae
Patahan Walanae berada di bagian selatan Sulawesi Selatan membentang
dari selatan (sebelah timur Pulau Selayar) ke utara melalui Bulukumba, Sinjai,
Bone, Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Majene - Mamuju dan berakhir di Selat
Makassar. Sifat pergerakan adalah sinistral atau mengiri. Patahan Walanae
merupakan percabangan dari lanjutan patahan Palu-Koro yang melalui Teluk Bone
dan di ujung baratlaut menerus hingga patahan Paternoster di Selat Makassar.
2. Patahan Palu-Koro
Patahan Palu-Koro memanjang dari utara (Palu) ke selatan (Malili) hingga
teluk bone sepanjang ± 240 km. Bersifat sinistral dan aktif dengan kecepatan
sekitar 25-30 mm/tahun (Kertapati, 2001 dan Permana, 2005). Patahan Palu-Koro
berhubungan dengan patahan Matano-Sorong dan Lawanoppo-Kendari, sedang di ujung
utara melalui Selat Makassar berpotongan dengan zona subduksi lempeng Laut
Sulawesi.
3. Patahan Matano dan Lawanoppo
Patahan Matano dan Lawanoppo berpotongan atau menyatu di ujung utara
dengan patahan Palu-Koro, yang mendapat energi dari perpanjangan patahan Sorong
dan Tukang Besi di Laut Banda. Kedua patahan ini bersifat sinistral dan aktif,
berhubungan dengan pembentukan danau Matano, Towuti dan beberapa depresi kecil
lainnya.
4. Patahan Kolaka
Dampak dari pada perkembangan tektonik Kuarter Laut Banda membentuk
patahan geser
Kolaka yang bersifat sinistral dan aktif. Patahan ini memanjang dari
tenggara ke baratlaut melalui Kolaka hingga Teluk Bone memotong patahan
Palu-koro (bawah laut) berlanjut ke kota Palopo ke arah puncak Palopo-Toraja.
5. Patahan
Paternoster
Patahan ini terbentang memanjang dari tenggara ke baratlaut di Selat
Makassar bersifat destral (menganan) dan aktif. Patahan ini berhubungan dengan
patahan Walanae di daratan Sulawesi. Pada bagian selatannya sejajar dengan
patahan Flores Barat yang memotong patahan naik Selat Makassar yang juga
sifatnya destral.
6. Patahan Gorontalo
Patahan Gorontalo terbentang melalui kota Gorontalo dari tenggara ke
baratlaut. Pembentukannya berhubungan dengan keaktifan subduksi lempeng Laut
Sulawesi. Sifatnya destral dan aktif.
7. Patahan naik (thrust)
Batui-Balantak
Patahan Batui-Balantak terbentuk oleh pengaruh pergerakan lempeng
Pasifik Barat ke barat melalui patahan Sorong dan Matano membentuk patahan naik
yang aktif.
8. Subduksi lempeng Laut Sulawesi
Terletak di laut Sulawesi sebelah utara Pulau Sulawesi memanjang dari
barat ke timur. Subduksi lempeng ini menunjam masuk ke selatan di bawah
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Subduksi lempeng laut Sulawesi yang aktif diduga
membentuk gunungapi Una-una dan deretan gunungapi Manado-Sangihe.
9. Subduksi lempeng Laut Maluku
Zona subduksi lempeng Laut Maluku terbentang di utara Sulawesi dari
utara ke selatan di sebelah timur Manado. Lempeng Laut Maluku menunjam ke barat
masuk di bawah busur Manado-Sangihe, berhubungan dengan volkanisme dan gempa di
kawasan ini.
3
POTENSI GEMPA DAN TSUNAMI
Letak Pulau Sulawesi dalam tatanan tektonik global berada pada daerah
pertemuan tiga lempeng bumi yang saling berinteraksi satu sama lain dan
merupakan zona gesekan/suture antara lempeng makro Indonesia barat dengan
lempeng mikro Indonesia timur. Kondisi inilah yang menyebabkan Sulawesi sangat
potensial terhadap bencana alam geologi terutama gempa dan tsunami.
Pulau Sulawesi, walaupun merupakan lempeng mikro yang sifat gempanya
lebih kecil dibanding Indonesia barat (lempeng makro), namun sebenarnya Pulau
Sulawesi tersebut diapit oleh lempeng – lempeng besar seperti lempeng
Australia, Pasifik, Asia dan Laut Sulawesi, sehingga ancaman akan bencana gempa
dan tsunami tetap berpotensi besar.
1. Gempabumi
Gempabumi adalah suatu sentakan yang disebabkan oleh pelepasan energi
yang bersumber dari dalam bumi kemudian merambat ke permukaan, getarannya dapat
dirasakan langsung oleh manusia ataupun melalui pencatat gempa (seismograf).
Secara umum, gempabumi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
pergerakan lempeng bumi yang menimbulkan gempa tektonik, letusan gunungapi
menghasilkan gempa gunungapi dan runtuhan lapisan batuan yang disebut gempa
runtuhan.
Dari sisi lain berdasarkan kedalaman fokus gempa, dikenal ada tiga jenis
gempa yaitu gempa dangkal dengan fokus gempa lebih kecil dari 60 km, gempa
menengah fokus gempa antara 60 – 300 km dan gempa dalam fokus gempanya lebih
besar dari 300 km.
Jenis gempa yang terjadi di kawasan Sulawesi berupa gempa tektonik dan
hanya pada daerah utara (Manado dan sekitarnya ) sebagai busur gunungapi aktif
dapat terjadi gempa gunungapi.
Lokasi – lokasi atau titik gempa pada umumnya bergenerasi pada daerah
persinggungan dan perpotongan patahan atau daerah tumbukan
lempeng, dimana pada daerah ini lempeng – lempeng
bumi saling berinteraksi dan saling menghalang – halangi laju pergerakannya
sehingga dapat menampung dan melepaskan energi dalam bentuk gempa bumi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka daerah yang
berpotensi terjadi gempa adalah sepanjang jalur patahan Walanae. Patahan
Palu-Koro, Matano-Lawanoppo, Kolaka-Teluk Bone, Paternoster Selat Makassar dan
sekitarnya, Gorontalo dan Manado serta jalur patahan Batui-Balantak-Sorong.
Daerah – daerah yang berpotensi terjadi gempa
ditunjukkan dalam gambar 3 dan 4 pada peta gempabumi kawasan Sulawesi.
2. Tsunami
Secara harfiah, tsunami berasal dari bahasa Jepang,
yaitu tsu berarti pelabuhan dan nami adalah gelombang laut. Jadi tsunami
adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi bawah laut, letusan
gunungapi bawah laut, longsoran bawah laut, dan jatuhnya meteorit di laut.
Dapat menggerakkan seluruh massa air laut dengan periode gelombang panjang,
tinggi dapat mencapai 50 m dan kecepatan mencapai 400 – 1000 km/jam.
Pulau Sulawesi yang terletak pada gugusan lempeng –
lempeng mikro akan mengalami tsunami tidak sebesar wilayah Indonesia barat yang
sifatnya lempeng makro, namun yang perlu diwaspadai adalah dampak pergerakan
lempeng makro Australia dari selatan dan Pasifik dari timur dapat menghasilkan
tsunami lebih besar (gambar 5).
Jenis gempabumi yang berpotensi menimbulkan tsunami
yaitu berfokus di dasar laut dengan sifat dan kondisi perairan antara lain :
-
Kekuatan gempa diatas 6 SR
-
Gempa dangkal yaitu kedalaman
lebih kecil dari 60 km
-
Kedalaman air yang cukup ( 500 –
5000 m).
4
-
Letak fokus gempa baerada pada
bagian luar tebing laut yang curam terhadap daratan (luar zona subduksi), atau
pada tebing – tebing patahan dasar laut.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka ada beberapa lokasi gempa di
kawasan Laut Sulawesi yang berpotensi terjadinya tsunami dengan topografi dasar
laut – pantai yang curam seperti daerah Majene – Mamuju akibat pengaruh gempa
yang terjadi di daerah perpotongan patahan Paternoster dengan patahan naik
Selat Makassar, daerah Palu hingga Toli-toli oleh perpotongan patahan Palu-Koro
dengan patahan naik Selat Makassar, Gorontalo oleh perpotongan patahan
Gorontalo dengan subduksi lempeng Laut Sulawesi, Luwuk-Banggai oleh perpotongan
patahan Gorontalo dengan patahan Sorong atau subduksi lempeng Laut Maluku,
Kendari-Wawoni-Buton oleh perpotongan patahan Lawanoppo dengan thrust Wawoni, ujung selatan Sulawesi
Selatan sebagai imbas dari tsunami Laut Flores dari hasil perpotongan patahan
Walanae-Palu-Koro dengan patahan Flores, dan Siwa-Palopo oleh perpotongan
patahan Kolaka dengan Palu-Koro.
Daerah – daerah yang pernah dilanda tsunami sejak tahun tahun 1967 yaitu
Majene-Pinrang tahun 1967, Mamuju tahun 1969, Palu tahun 1968, Donggala tahun
1996, Toli-toli tahun 2000 dan Luwuk-Banggai tahun 1999 dan 2000 (gambar 5).
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan sejarah
pembentukannya, Pulau Sulawesi merupakan gabungan akumulasi lempeng – lempeng
mikro sejak zaman Tersier, yang terdiri dari busur gunungapi Sulawesi Barat,
kerak oseanik Sulawesi Timur, mikro kontinen Banggai-Sula dan kompleks metamorf
Sulawesi tengah.
2.
Secara regional, tektonik global
Pulau Sulawesi mendapat tekanan dari selatan yaitu lempeng Australia, lempeng
Pasifik barat dari timur dan dari barat Kraton Asia yang menyebabkan
terbentuknya deformasi dan pola struktur geser dan
naik, patahan Walanae, Palu-Koro, Matano-Lawanoppo,
Gorontalo, Kolaka, Paternoster, Batui-Balantak, subduksi lempeng Laut Sulawesi
dan lempeng Laut Maluku.
3.
Lokasi – lokasi yang berpotensi
menimbulkan gempa adalah pada daerah perpotongan atau persinggungan
patahan/subduksi lempeng seperti yang terdapat pada jalur patahan Walanae,
Palu-Koro, Paternoster, Gorontalo dan lain – lain.
4.
Daerah yang berpotensi terjadinya
tsunami adalah pusat gempa di laut yang mempunyai tebing laut curam terhadap
pantai/daratan, seperti Majene, Mamuju, Palu-Tolitoli, Banggai-Sula,
Kendari-Buton dan Siwa-Palopo.
DAFTAR PUSTAKA
Diposaptono,S., Budiman, 2008, Hidup Akrab
Dengan Gempa dan Tsunami, PT.
Sarana Komunikasi Utama, Bogor,
Indonesia.
Endharto, M., Surono, 1991, Preliminary Study
of Meluhu Complex Related to
Terrane Formation in Sulawesi,
Indonesian Association of Geologist
IAGI), The Twentieth IAGI Annual
Convention, Jakarta, Indonesia.
Hamilton,W., 1981, Tectonics of the Indonesian
Region, Washington.
Kaharuddin, M.S., 2005, Tektonik Global
dan
Implikasinya Terhadap Daerah
Rawan Bencana Alam Geologi,
Jurusan Teknik Geologi
Univesitas
Hasanuddin, Pengda IAGI Sulawesi Selatan, Dinas
Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan, Makassar
Katili, J.A., 1980, Geotectonics
of Indonesia a Modern View, Department of Geology,
Bandung Institute of Technology.
Kertapati,E.K., 2006, Aktivitas
Gempabumi di Indonesia, Departeman Energi dan Sumberdaya
Mineral, Badan Geologi, Pusat Survei Geologi, Bandung.
5
Permana,
H., 2005, Potensi
Bencana Geologi
|
Association
of Geologist IAGI), The
|
|||
Kawasan
|
Timur
|
Indonesia,
|
Twentieth IAGI Annual Convention,
|
|
Tektonik
|
Aktif
|
dan
|
Gempabumi
|
Jakarta, Indonesia.
|
Palu, Pertemuan
Ilmiah Tahunan,
|
Tibbals,G.,
2005, Tsunami, World’s
Most
|
|||
Forum
|
Himpunan
|
Mahasiswa
|
Terrifying
Natural Disaster, Carlton
|
|
Geologi
Indonesia VIII,
|
Universitas
|
Book, Great Britain.
|
||
Hasanuddin, Makassar.
|
|
Winardi, A., Rahardjo,
G., Sugiantoro, R.B.,
|
||
Priadi,
B., 2011, Sulawesi
Geology, tidak
|
Leksono, N., Darmawan,
A., 2006,
|
|||
dipublikasikan.
|
|
|
Gempa Jogya,
Indonesia dan
|
|
|
|
|
|
Dunia, PT. Gramedia, Jakarta.
|
Sartono, S.,
Astadiredja, K.A.S., Mirwanto, H.,
|
Yulaelawati,
E., Syihab, U.,
2008, Mencerdasi
|
|||
1991 , East Arm Sulawesi ; Banggai
|
Bencana, PT.
Gramedia Widisarana
|
|||
Microplate –
|
Sunda
|
Subduction
|
Indonesia,
Jakarta.
|
|
Zone
|
Collision,
|
Indonesian
|
|
6
Gambar 1 : Peta lokasi penelitian Pulau Sulawesi.

Gambar 2 : Peta tektonik global Pulau
Sulawesi (Coffield, et al 1993).
7
Gambar 5 : Peta struktur dan tsunami
(berbagai sumber).
10
terimakasih infonya sangat membantu, dan jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2p9iBfW
BalasHapus